Minggu, 14 Desember 2014

Pengertian Aktivitas Belajar



Pengertian Aktivitas Belajar
Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan belajar.  Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka  guru hendaknya merencanakan pembelajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Sten (dalam Dimyati, 2006: 62) berpendapat bahwa guru harus berperan dalam mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa, artinya mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada.
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.  Thomas M. Risk (dalam Rohani, 2004: 6) mengemukakan tentang belajar mengajar sebagai berikut: mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar.  Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh jika peserta didik itu dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungannya.
Kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran akan berdampak baik pada hasil belajarnya.  Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2000: 67) bahwa:  “Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang dapat didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik”.  Senada dengan hal diatas, Gie (1985: 6) mengatakan bahwa: ”Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukan-nya selama proses pembelajaran.  Aktivitas  belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang meng-akibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau ke- mahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan”.
Sedangkan John (dalam Dimyati, 2006: 44) mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri, guru sekedar pembimbing dan pengarah.  Dan Hamalik (2001: 171) mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.  Hal ini sesuai dengan pendapat Rousseau (dalam Sardirman, 1994: 96) yang memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidi-kan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknisis.  Ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif, tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak mungkin terjadi.
Dilain pihak, Rohani (2004: 96) menyatakan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis.  Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat suatu bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif.  Kegiatan fisik tersebut sebagai kegiatan yang tampak, yaitu saat peserta didik melakukan percobaan, membuat kontruksi model, dan lain-lain. Sedangkan peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) terjadi jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam pengajaran.  Ia  mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, dan se-bagainya.  Kegiatan psikis tersebut tampak bila ia sedang mengamati dengan teliti, memecahkan persoalan, mengambil keputusan, dan sebagainya.  Se-lanjutnya Hamalik (2001: 175) mengatakan penggunaan aktivitas besar nilai-nya dalam pembelajaran, sebab dengan melakukan aktivitas pada proses pem-belajaran, siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang harmonis dikalangan siswa, siswa dapat bekerja menurut minat dan kemampu-an sendiri, siswa dapat mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis, dapat mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, suasana belajar menjadi lebih hidup sehingga kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran menyenangkan bagi siswa.
Dengan mengemukakan beberapa pandangan di atas, jelas bahwa dalam kegiatan belajar, subjek didik atau siswa harus aktif berbuat.  Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas.  Tanpa aktivitas, belajar tidak akan berlangsung dengan baik.  Seperti yang dikemukakan oleh Sardiman (1994: 93) bahwa: ”pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan.  Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.  Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi  belajar mengajar”.  Asas  aktivitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar, baik metode mengajar di dalam kelas maupun metode mengajar di luar kelas.   Penggunaannya dilak-sanakan dalam bentuk yang berlain-lainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan dengan orientasi sekolah yang menggunakan jenis kegiatan tersebut.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilaku- kan siswa selama proses pembelajaran.  Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahu-annya sendiri tentang konsep-konsep matematika dengan bantuan guru.  Dalam hal ini, aktivitas yang diamati selama kegiatan pembelajaran ber-langsung dibatasi pada ruang lingkup.
Menurut Poerwadarminta (2003:23), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Dalam hal kegiatan belajar, Rousseuau (dalam Sardiman 2004:96) memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis. Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi.
Aktivitas belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Sardiman (Erwin Ridha, 2007 : 37) menegaskan bahawa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting dalam interaksi belajar mengajar.
Banyak hal yang menjadi kegiatan siswa dalam hal aktivitas belajar yang menjadi acuan dalam proses pembelajaran. Paul B. Diedrich (Erwin Ridha, 2007 : 37-38) membuat suatu daftar kegiatan siswa yaitu : ” yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut. Visual activities, yang termasuk di dalamnya seperti membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. Drawing activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konsstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. Mental activities, sebagai contoh misalnya: mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan. Emotional activities, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang, gugup, gembira, bersemangat”.
Dari pendapat diatas, maka aktivitas belajar yang dimaksud adalah :
1. Mendengarkan penjelasan guru.
2. Mencatat hal-halyang dianggap penting.
3. Berdiskusi
4. Keberanian untuk bertanya.
5. Keberanian mengajukan pendapat , kritik dan saran
Mengerjakan latihan.


AKTIVITAS BELAJAR
Istilah aktivitas sering dikenal dalam kehidupan sehari-hari yang bermakna kegiatan. dijelaskan bahwa "Activity is being active or lively, when a man is over seventy last time of full us usually past,"[1]   Artinya: Aktivitas mengerjakan sesuatu kegiatan dengan aktif, di mana seseorang mempergunakan waktunya semuanya selalu berhasil, Sedangkan belajar atau learning dapat didefenisikan : "Learning Is a relatively permanent change In behavioral tendency and is the result of reinforced practice,"[2]   Yang bermaksud: Belajar adalah perubahan yang relatif tetap dalam kecenderungan berpusat dan ia membawa hasil kenyataan yang kuat.  Pendapat lain tentang belajar berbunyi :"Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian,"[3]   
Bila pengertian aktivitas dikaitkan dengan pengertian belajar dapat dimaksudkan: Aktivitas adalah melakukan  suatu perbuatan yang dapat merubah kepribadian seseorang dengan aktif, dimana seseorang mempergunakan waktunya, kecakapannya sehingga menghasilkan kecakapan baru yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kapandaian dan pengertian. Dengan kata la­in aktivitas belajar adalah kegiatan yang aktif dilakukan oleh seseorang untuk membawanya pada perubahan tingkah  laku yang baru dan dicerminkan  dalam kepribadiannya.
Di  dalam   ajaran   Islam   aktivitas  belajar   merupakan hal   yang   diwajibkan,  hal  ini  sesuai dengan sabda  Nabi Muhammad  SAW yang   berbunyi    :
 (ماجه ابن رواه) مُسْلٍ عَلَىكَلِّ فَرِيْضَةٌ الْعِلْمِ طَلَبُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ صلَّىاللهُ اللهِ رَسُوْلُ قَالَ مَالِكِ أبنِ اَنَسِ عَنْ
Artinya   :  Dari   Anas  bin  Malik  telah bersabda  Rasulullah SAW: Mencari   ilmu  itu  wajib  bagi  tiap-tiap  orang  Islam. (HR. Ibnu Majah).[4]
Hadits   lain   berbunyi    :
عنْ ابى هريراة رضىالله عنه قالِ: قال رسول الله صلىالله عليهِ وسلّم: مَِنْ سَلكَ طَرِيْقًايَلْتَمِسُ فِِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ لَهُ اِلىَ الْجَنَّةِ (رواه الترميدى)
Artinya :    Dari Abu Hurairah ra. telah bersabda Rasulullah SAW:  Barangsiapa yang melalui jalan yang ia mencari ilmu  pengetahuan   padanya, maka Allah SWT, memudahkan baginya jalan ke Surga.
( HR. Turmudzi).[5] 
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar
Faktor yang mempengaruhi belajar pada pokoknya mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi belajar adalah :
1. Faktor indogin, ialah faktor yang datang dari pelajar atau mahasiswa sendiri. faktor ini meliputi :
·         Faktor bioiogis (faktor yang bersifat jasmaniah)
·         Faktor psychologis (faktor yang bersifat rohaniah)
2. Faktor exogin, ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau mahasiswa Faktor ini meliputi :
·         Faktor lingkungan keluarga
·         Faktor lingkungan sekolah.
·         Faktor lingkungan masyarakat.[6] 

Faktor biologi dapat berupa kesehatan, pertumbuhan, perkembangan, kematangan, sedangkan faktor psikologis bisa berupa intelegensi, minat, motivasi, sikap, dan kepribadian seseorang, Faktor lingkungan keluarga dapat berupa per-hatian orang tua, ekonominya, keramaian anggota keluarga, ketenangan dalam keluarga, sedangkan faktor lingkungan se­kolah dapat berupa guru dan cara mengajarnya, metode yang digunakan dalam mengajar, sarana dan prasara pendidikan lainnya  Faktor lingkungan masyarakat bisa berupa, masmedia, bioskop, televisi, radio, teman bergaul, organisasi, lingkungan perjudian, atau lainnya yang dapat merusak keaktifan siswa belajar.

[1] Hornby, op cit. h. 11
[2] John P. De Cacco, The Psychologi of Learning and Instruction.New Jersey, Prantic-Hall Inc. Englewood Cliffs, 1968, h. 243
[3] M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan. Bandung. Remaja Karya, 1985, h. 81
[4] Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baaqi. Sunan Ibnu Majah, Daarul Jihad, Mesir, 1972, h. 81
[5] Jalaluddin Abdurrahmaan Abi Bakri As-Sayuthi.Jami’ushshaghiir, Daarul Qalam, Qaahira, 1966, h. 307
[6] Abu Ahmadi. Teknik Belajar Yang tepat, Semarang, Mutiara Permata Widya. 1986. h. 75

0 komentar: