Pengertian Aktivitas Belajar
Mengajar
merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam
pembelajaran, siswalah yang menjadi subjek, dialah pelaku kegiatan
belajar. Agar siswa berperan sebagai
pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru
hendaknya merencanakan pembelajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan
aktivitas belajar. Sten (dalam Dimyati, 2006: 62) berpendapat bahwa guru harus
berperan dalam mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa,
artinya mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat
mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan di dalam kondisi yang ada.
Belajar
hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Thomas M. Risk (dalam Rohani, 2004: 6)
mengemukakan tentang belajar mengajar sebagai berikut: mengajar adalah proses
membimbing pengalaman belajar.
Pengalaman itu sendiri hanya mungkin diperoleh jika peserta didik itu
dengan keaktifannya sendiri bereaksi terhadap lingkungannya.
Kegiatan
pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran akan
berdampak baik pada hasil belajarnya.
Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah (2000: 67) bahwa: “Belajar sambil melakukan aktivitas lebih
banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang dapat didapatkan
oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan didalam benak anak didik”. Senada dengan hal diatas, Gie (1985: 6)
mengatakan bahwa: ”Keberhasilan
siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukan-nya selama proses
pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan
atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang meng-akibatkan
perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau ke- mahiran yang
sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan”.
Sedangkan
John (dalam Dimyati, 2006: 44) mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa
yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang
dari siswa sendiri, guru sekedar pembimbing dan pengarah. Dan Hamalik (2001: 171) mengatakan bahwa
pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar
sendiri atau melakukan aktivitas sendiri.
Hal ini sesuai dengan pendapat Rousseau (dalam Sardirman, 1994: 96) yang
memberikan penjelasan bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan
pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidi-kan sendiri, dengan bekerja
sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun
teknisis. Ini menunjukkan setiap orang
yang belajar harus aktif, tanpa ada aktivitas maka proses belajar tidak mungkin
terjadi.
Dilain
pihak, Rohani (2004: 96) menyatakan bahwa belajar yang berhasil mesti melalui
berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik
giat-aktif dengan anggota badan, membuat suatu bermain atau bekerja, ia tidak
hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Kegiatan fisik tersebut sebagai kegiatan yang
tampak, yaitu saat peserta didik melakukan percobaan, membuat kontruksi model,
dan lain-lain. Sedangkan peserta didik yang memiliki aktivitas psikis
(kejiwaan) terjadi jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak
berfungsi dalam pengajaran. Ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki,
mengingat, dan se-bagainya. Kegiatan
psikis tersebut tampak bila ia sedang mengamati dengan teliti, memecahkan
persoalan, mengambil keputusan, dan sebagainya.
Se-lanjutnya Hamalik (2001: 175) mengatakan penggunaan aktivitas besar
nilai-nya dalam pembelajaran, sebab dengan melakukan aktivitas pada proses
pem-belajaran, siswa dapat mencari pengalaman sendiri, memupuk kerjasama yang
harmonis dikalangan siswa, siswa dapat bekerja menurut minat dan kemampu-an
sendiri, siswa dapat mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis, dapat mengembangkan
seluruh aspek pribadi siswa, suasana belajar menjadi lebih hidup sehingga
kegiatan yang dilakukan selama pembelajaran menyenangkan bagi siswa.
Dengan
mengemukakan beberapa pandangan di atas, jelas bahwa dalam kegiatan belajar,
subjek didik atau siswa harus aktif berbuat.
Dengan kata lain, bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya
aktivitas. Tanpa aktivitas, belajar
tidak akan berlangsung dengan baik.
Seperti yang dikemukakan oleh Sardiman (1994: 93) bahwa: ”pada
prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi
melakukan kegiatan. Tidak ada belajar
kalau tidak ada aktivitas. Itulah
sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam
interaksi belajar mengajar”. Asas
aktivitas digunakan dalam semua jenis metode mengajar, baik metode
mengajar di dalam kelas maupun metode mengajar di luar kelas. Penggunaannya dilak-sanakan dalam bentuk
yang berlain-lainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan
dengan orientasi sekolah yang menggunakan jenis kegiatan tersebut.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan serangkaian kegiatan
pembelajaran yang dilaku- kan siswa selama proses pembelajaran. Dengan melakukan berbagai aktivitas dalam
kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat membangun pengetahu-annya sendiri
tentang konsep-konsep matematika dengan bantuan guru. Dalam hal ini, aktivitas yang diamati selama
kegiatan pembelajaran ber-langsung dibatasi pada ruang lingkup.
Menurut
Poerwadarminta (2003:23), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar
adalah kegiatan-kegiatan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Dalam hal
kegiatan belajar, Rousseuau (dalam Sardiman 2004:96) memberikan penjelasan
bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan pengamatan sendiri
penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri baik secara rohani maupun teknis.
Tanpa ada aktivitas, proses belajar tidak mungkin terjadi.
Aktivitas
belajar yang dimaksud adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar,
mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Sardiman (Erwin Ridha, 2007 :
37) menegaskan bahawa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar
jika tidak ada aktivitas. Itulah mengapa aktivitas merupakan prinsip yang
sangat penting dalam interaksi belajar mengajar.
Banyak hal
yang menjadi kegiatan siswa dalam hal aktivitas belajar yang menjadi acuan
dalam proses pembelajaran. Paul B. Diedrich (Erwin Ridha, 2007 : 37-38) membuat
suatu daftar kegiatan siswa yaitu : ” yang antara lain dapat digolongkan
sebagai berikut. Visual activities, yang termasuk di dalamnya seperti membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan. Oral activities, seperti
menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat
mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. Listening activities, sebagai contoh
mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato. Writing activities,
seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin. Drawing
activities, seperti menggambar, membuat grafik, peta, diagram. Motor
activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat
konsstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak. Mental activities,
sebagai contoh misalnya: mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil
keputusan. Emotional activities, seperti minat, merasa bosan, berani, tenang,
gugup, gembira, bersemangat”.
Dari
pendapat diatas, maka aktivitas belajar yang dimaksud adalah :
1. Mendengarkan penjelasan guru.
2. Mencatat hal-halyang dianggap penting.
3. Berdiskusi
4. Keberanian untuk bertanya.
5. Keberanian mengajukan pendapat , kritik dan
saran
Mengerjakan latihan.
AKTIVITAS BELAJAR
Istilah
aktivitas sering dikenal dalam kehidupan sehari-hari yang bermakna kegiatan.
dijelaskan bahwa "Activity is being active or lively, when a man is over
seventy last time of full us usually past,"[1] Artinya: Aktivitas mengerjakan sesuatu
kegiatan dengan aktif, di mana seseorang mempergunakan waktunya semuanya selalu
berhasil, Sedangkan belajar atau learning dapat didefenisikan : "Learning
Is a relatively permanent change In behavioral tendency and is the result of
reinforced practice,"[2] Yang bermaksud:
Belajar adalah perubahan yang relatif tetap dalam kecenderungan berpusat dan ia
membawa hasil kenyataan yang kuat.
Pendapat lain tentang belajar berbunyi :"Belajar adalah suatu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu
pengertian,"[3]
Bila
pengertian aktivitas dikaitkan dengan pengertian belajar dapat dimaksudkan:
Aktivitas adalah melakukan suatu
perbuatan yang dapat merubah kepribadian seseorang dengan aktif, dimana
seseorang mempergunakan waktunya, kecakapannya sehingga menghasilkan kecakapan
baru yang berupa kecakapan sikap, kebiasaan, kapandaian dan pengertian. Dengan
kata lain aktivitas belajar adalah kegiatan yang aktif dilakukan oleh
seseorang untuk membawanya pada perubahan tingkah laku yang baru dan dicerminkan dalam kepribadiannya.
Di
dalam ajaran Islam
aktivitas belajar merupakan hal yang
diwajibkan, hal ini
sesuai dengan sabda Nabi
Muhammad SAW yang berbunyi
:
(ماجه ابن
رواه) مُسْلٍ عَلَىكَلِّ فَرِيْضَةٌ الْعِلْمِ طَلَبُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ صلَّىاللهُ اللهِ رَسُوْلُ قَالَ مَالِكِ أبنِ اَنَسِ عَنْ
Artinya :
Dari Anas bin
Malik telah bersabda Rasulullah SAW: Mencari ilmu
itu wajib bagi
tiap-tiap orang Islam. (HR. Ibnu Majah).[4]
Hadits lain
berbunyi :
عنْ
ابى هريراة
رضىالله عنه
قالِ: قال
رسول الله
صلىالله عليهِ
وسلّم: مَِنْ
سَلكَ طَرِيْقًايَلْتَمِسُ
فِِيْهِ عِلْمًا
سَهَّلَ اللهُ
لَهُ اِلىَ
الْجَنَّةِ (رواه
الترميدى)
Artinya
: Dari Abu Hurairah ra. telah bersabda
Rasulullah SAW: Barangsiapa yang melalui
jalan yang ia mencari ilmu pengetahuan padanya, maka Allah SWT, memudahkan baginya
jalan ke Surga.
( HR.
Turmudzi).[5]
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Aktivitas Belajar
Faktor yang
mempengaruhi belajar pada pokoknya mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Faktor
yang mempengaruhi belajar adalah :
1. Faktor indogin, ialah faktor yang datang
dari pelajar atau mahasiswa sendiri. faktor ini meliputi :
·
Faktor
bioiogis (faktor yang bersifat jasmaniah)
·
Faktor
psychologis (faktor yang bersifat rohaniah)
2. Faktor exogin, ialah faktor yang datang
dari luar pelajar atau mahasiswa Faktor ini meliputi :
·
Faktor
lingkungan keluarga
·
Faktor
lingkungan sekolah.
·
Faktor
lingkungan masyarakat.[6]
Faktor biologi dapat berupa kesehatan,
pertumbuhan, perkembangan, kematangan, sedangkan faktor psikologis bisa berupa
intelegensi, minat, motivasi, sikap, dan kepribadian seseorang, Faktor
lingkungan keluarga dapat berupa per-hatian orang tua, ekonominya, keramaian
anggota keluarga, ketenangan dalam keluarga, sedangkan faktor lingkungan
sekolah dapat berupa guru dan cara mengajarnya, metode yang digunakan dalam
mengajar, sarana dan prasara pendidikan lainnya
Faktor lingkungan masyarakat bisa berupa, masmedia, bioskop, televisi,
radio, teman bergaul, organisasi, lingkungan perjudian, atau lainnya yang dapat
merusak keaktifan siswa belajar.
[1] Hornby, op cit. h. 11
[2] John P. De Cacco, The
Psychologi of Learning and Instruction.New Jersey, Prantic-Hall Inc. Englewood
Cliffs, 1968, h. 243
[3] M.Ngalim Purwanto, Psikologi
Pendidikan. Bandung. Remaja Karya, 1985, h. 81
[4] Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baaqi.
Sunan Ibnu Majah, Daarul Jihad, Mesir, 1972, h. 81
[5] Jalaluddin Abdurrahmaan Abi
Bakri As-Sayuthi.Jami’ushshaghiir, Daarul Qalam, Qaahira, 1966, h. 307
[6] Abu Ahmadi. Teknik Belajar
Yang tepat, Semarang, Mutiara Permata Widya. 1986. h. 75
0 komentar:
Posting Komentar