Minggu, 14 Desember 2014

Metode Jigsaw



A.    Metode Jigsaw
1.      Pengertian Metode Jigsaw
Metode Jigsaw adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif, Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan belajar mengajar dalam kelompok-kelompok kecil, siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal baik pengalaman individu maupun kelompok. Esensi pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individu sekaligus kelompok sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian,kelebihan strategi ini adalah dapat melibatkan seluruh anak didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain (Syaeful Bahri, 2010: 389)
Metode Jigsaw ini dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson, arti Jigsaw dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Metode Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Metode Jigsaw menurut Rusman (2010: 217) adalah “sebuah metode belajar kelompok yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil”.
Menurut Slavin (2010: 237) “metode Jigsaw ini adalah interdependensi, tiap siswa bergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.
Dalam metode Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan informasinya kepada kelompok lain. (Rusman, 2010: 218)
Menurut Anita Lie (2008: 69) teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al.sebagai metode cooperative learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara dan pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran dan teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan.
Metode Jigsaw menurut Isjoni (2010: 54) adalah “merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal”.  
Menurut Hisyam Zaini dkk (2008: 56) metode jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian.
Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode Jigsaw adalah “cara yang digunakan oleh guru untuk mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal”.
2.      Langkah-langkah Metode Jigsaw
Menurut Slavin (2010: 237) langkah-langkah metode Jigsaw adalah:
a.         Persiapan
Guru mempersiapkan materi yang akan disampaikan kemudian mengkondisikan siswa sebelum memulai kegiatan pembelajaran.
b.         Pembentukan Kelompok
Kelompok yang dibentuk beranggotakan empat sampai lima orang siswa, kelompok tersebut merupakan kelompok heterogen yaitu jenis kelamin, etnis, prestasi belajar, dan status sosial. Fungsi kelompok adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok ikut belajar, dan lebih khusus adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk mengerjakan tugas dengan baik.
c.         Kegiatan Kelompok
Setelah kelompok asal terbentuk, para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca beberapa bab atau unit, dan diberikan “lembaran ahli” yang terdiri atas topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing anggota tim saat mereka membaca.  
d.        Diskusi Kelompok Ahli
Setelah semua anak selesai membaca, siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka sekitar sepuluh atau dua puluh menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka.  
e.         Laporan Tim
Siswa yang telah kembali kepada kelompoknya masing-masing dan menjelaskan materi pada kelompoknya, kemudian mereka harus mengulang menjelaskan materi tersebut pada semua kelompok.
f.          Tes Akhir
Setelah materi dipelajari dan dibahas secara kelompok, siswa diberi tes akhir atau tes individu dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar yang telah dicapai siswa. Hasil tes digunakan untuk perolehan skor kelompok.
g.         Pemberian Penghargaan Kelompok
Penghitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan sumbangan skor individu yang mengikuti tes tersebut, sehingga diperoleh skor total tiap kelompok.
Sugiyanto (2010: 45) juga mengemukakan langkah-langkah model Jigsaw yang dikembangkan oleh Elliot Aronson, langkah-langkahnya yaitu:
1)      Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.
2)      Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
3)      Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar.
4)      Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar.
5)      Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok semula, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.  

Anita Lie (2008: 69) juga mengemukakan langkah-langkah metode Jigsaw, langkah-langkahnya yaitu:
1.      Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian.
2.      Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu.
3.      Siswa dibagi dalam kelompok berempat.
4.      Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima yang kedua. Demikan seterusnya.
5.      Kemudian, siswa disuruh membaca /mengerjakan bagian mereka masing-masing.
6.      Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan masing-masing. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
7.      Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.
Variasi :
Jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para ahli. Siswa berkumpul dengan yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain, kemudian masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri.

Isjoni (2010: 55) mengemukakan Tahapan-tahapan pelaksanaan metode Jigsaw diantara nya adalah :
1.      Siswa ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu.
2.      Kemudian siswa-siswa atau perwakilan dalam kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-anggota dalam kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya materi tersebut didiskusikan mempelajari serta memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi tersebut.
3.      Setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskannya, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut menjelaskan pada teman satu kelompoknya sehingga teman satu kelmpoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru.
4.      Pada tahap selanjutnya siswa diberi tes/kuis, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.

Menurut Roger dan David Johnson yang dikutip oleh Anita Lie (2008: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran  gotong royong harus diterapkan yaitu:
a)      Saling ketergantungan Positif.
b)      Tanggung jawab perseorangan.
c)      Tatap muka.
d)     Komunikasi antar anggota.
e)      Evaluasi proses kelompok.
3.      Kelebihan dan Kekurangan Metode Jigsaw
Menurut Lie yang dikutip oleh Rusman (2010: 218) menyatakan bahwa “metode Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran yang fleksibel”. Metode Jigsaw ini juga mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, di samping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.
Rusman (2010: 219) mengemukakan pengaruh positif atau kelebihan dari metode Jigsaw tersebut, diantaranya:
1)      Meningkatkan hasil belajar
2)      Meningkatkan daya ingat
3)      Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi
4)      Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu)
5)      Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen
6)      Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah
7)      Meningkatkan sikap positif terhadap guru
8)      Meningkatkan harga diri anak
9)      Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif dan
10)  Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong

 Slavin (2010: 245) juga mengemukakan kelebihan metode Jigsaw dalam proses pembelajaran diantaranya:
a.    Siswa bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma kelompok
b.    Semua siswa membaca semua materi
c.    Membuat konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah untuk dipahami
d.   Interaksi siswa seiring dengan kemampuan mereka berpendapat
Adapun kekurangannya adalah:
a.    Untuk melakukan pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama.
b.    Adanya siswa yang tidak aktif belajar.
c.    Tiap bagian harus ditulis supaya dengan sendirinya dapat dipahami.
d.   Apabila sportivitas siswa dalam kelompok kurang, maka hasil yang diinginkan tidak tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid Dan Dian Andayani
         2004 PAI Berbasis Kompetensi, Remaja Rosdakarya, Bandung
Anita Lie
2008 Cooperative Learning. PT Gramedia Widiasarana, Jakarta
Isjoni
2010 Cooperatif Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta,    Bandung.
Nana Sudjana.
2004 Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Nanang Hanifah, Cucu Suhana
2010          Konsep Strategi Pembelajaran, PT. Rekika Aditama. Bandung
Pupuh Fathurrohman & Sobry Sutikno
      2007    Strategi Belajar Mengajar. PT Refika Aditama, Bandung
Robert E Slavin
2010    Cooperative learning.Newyork, jhon Hopkins University
Rusman
2010 Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers, Jakarta
Sardiman A.M
2010Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers, Jakarta.
2011     Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Pers, Jakarta.
Sumadi Suryabrata
2010    Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kharisma Putra Utama, Jakarta
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Winarno Surakhmad
1998       Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung, Tarsito.
Yaya Suryana dan Tedi priatna.
2009   Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Sazkia Pustaka Utama.

0 komentar: