A.
Metode
Jigsaw
1.
Pengertian
Metode Jigsaw
Metode
Jigsaw adalah salah satu metode pembelajaran kooperatif, Pembelajaran
kooperatif merupakan kegiatan belajar mengajar dalam kelompok-kelompok kecil,
siswa belajar dan bekerja sama untuk sampai pada pengalaman belajar yang
optimal baik pengalaman individu maupun kelompok. Esensi pembelajaran
kooperatif adalah tanggung jawab individu sekaligus kelompok sehingga dalam
diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja
kelompok optimal. Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika
materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi
tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian,kelebihan strategi ini adalah
dapat melibatkan seluruh anak didik dalam belajar dan sekaligus mengajarkan
kepada orang lain (Syaeful Bahri, 2010: 389)
Metode
Jigsaw ini dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson, arti Jigsaw
dalam bahasa inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan
istilah puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Metode Jigsaw
ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan
suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk
mencapai tujuan bersama. Metode Jigsaw menurut Rusman (2010: 217) adalah
“sebuah metode belajar kelompok yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa
dalam bentuk kelompok kecil”.
Menurut
Slavin (2010: 237) “metode Jigsaw ini adalah interdependensi, tiap siswa
bergantung kepada teman satu timnya untuk dapat memberikan informasi yang
diperlukan supaya dapat berkinerja baik pada saat penilaian.
Dalam
metode Jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan
pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan
keterampilan berkomunikasi, anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan
kelompoknya dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan
informasinya kepada kelompok lain. (Rusman, 2010: 218)
Menurut Anita Lie (2008: 69) teknik
mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al.sebagai metode cooperative
learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,
mendengarkan, ataupun berbicara dan pendekatan ini bisa pula digunakan dalam
beberapa mata pelajaran dan teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan.
Metode
Jigsaw menurut Isjoni (2010: 54) adalah “merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal”.
Menurut
Hisyam Zaini dkk (2008: 56) metode jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk
digunakan jika materi yang dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan
materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian.
Beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode Jigsaw adalah “cara
yang digunakan oleh guru untuk mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal”.
2.
Langkah-langkah
Metode Jigsaw
Menurut Slavin (2010:
237) langkah-langkah metode Jigsaw adalah:
a.
Persiapan
Guru
mempersiapkan materi yang akan disampaikan kemudian mengkondisikan siswa
sebelum memulai kegiatan pembelajaran.
b.
Pembentukan
Kelompok
Kelompok
yang dibentuk beranggotakan empat sampai lima orang siswa, kelompok tersebut
merupakan kelompok heterogen yaitu jenis kelamin, etnis, prestasi belajar, dan
status sosial. Fungsi kelompok adalah untuk memastikan bahwa semua anggota
kelompok ikut belajar, dan lebih khusus adalah untuk mempersiapkan anggotanya
untuk mengerjakan tugas dengan baik.
c.
Kegiatan
Kelompok
Setelah
kelompok asal terbentuk, para siswa tersebut diberikan tugas untuk membaca
beberapa bab atau unit, dan diberikan “lembaran ahli” yang terdiri atas
topik-topik yang berbeda yang harus menjadi fokus perhatian masing-masing
anggota tim saat mereka membaca.
d.
Diskusi
Kelompok Ahli
Setelah semua anak selesai membaca,
siswa-siswa dari tim yang berbeda yang mempunyai fokus topik yang sama bertemu
dalam “kelompok ahli” untuk mendiskusikan topik mereka sekitar sepuluh atau dua
puluh menit. Para ahli tersebut kemudian kembali kepada tim mereka dan secara
bergantian mengajari teman satu timnya mengenai topik mereka.
e.
Laporan
Tim
Siswa
yang telah kembali kepada kelompoknya masing-masing dan menjelaskan materi pada
kelompoknya, kemudian mereka harus mengulang menjelaskan materi tersebut pada
semua kelompok.
f.
Tes
Akhir
Setelah
materi dipelajari dan dibahas secara kelompok, siswa diberi tes akhir atau tes
individu dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar yang telah
dicapai siswa. Hasil tes digunakan untuk perolehan skor kelompok.
g.
Pemberian
Penghargaan Kelompok
Penghitungan
skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan sumbangan skor individu yang
mengikuti tes tersebut, sehingga diperoleh skor total tiap kelompok.
Sugiyanto
(2010: 45) juga mengemukakan langkah-langkah model Jigsaw yang
dikembangkan oleh Elliot Aronson, langkah-langkahnya yaitu:
1)
Kelas dibagi
menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan
karakteristik yang heterogen.
2)
Bahan akademik
disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab
untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.
3)
Para anggota
dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu
bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu
mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok
pakar.
4)
Selanjutnya para
siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompok semula untuk
mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok
pakar.
5)
Setelah diadakan
pertemuan dan diskusi dalam kelompok semula, para siswa dievaluasi secara
individual mengenai bahan yang telah dipelajari. Individu atau tim yang
memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru.
Anita
Lie (2008: 69) juga mengemukakan langkah-langkah metode Jigsaw,
langkah-langkahnya yaitu:
1.
Pengajar membagi
bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian.
2.
Sebelum bahan
pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topik yang akan
dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu.
3.
Siswa dibagi
dalam kelompok berempat.
4.
Bagian pertama
bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima
yang kedua. Demikan seterusnya.
5.
Kemudian, siswa
disuruh membaca /mengerjakan bagian mereka masing-masing.
6.
Setelah selesai,
siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan masing-masing.
Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu
dengan yang lainnya.
7.
Kegiatan ini
bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu.
Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.
Variasi
:
Jika
tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para ahli.
Siswa berkumpul dengan yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain,
kemudian masing-masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri.
Isjoni
(2010: 55) mengemukakan Tahapan-tahapan pelaksanaan metode Jigsaw diantara
nya adalah :
1.
Siswa ditugaskan
untuk mempelajari materi tertentu.
2.
Kemudian
siswa-siswa atau perwakilan dalam kelompoknya masing-masing bertemu dengan
anggota-anggota dalam kelompok lain yang mempelajari materi yang sama.
Selanjutnya materi tersebut didiskusikan mempelajari serta memahami setiap masalah
yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi
tersebut.
3.
Setelah
masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskannya,
kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok asalnya. Selanjutnya
masing-masing anggota tersebut menjelaskan pada teman satu kelompoknya sehingga
teman satu kelmpoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru.
4.
Pada tahap
selanjutnya siswa diberi tes/kuis, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui
apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.
Menurut
Roger dan David Johnson yang dikutip oleh Anita Lie (2008: 31) mengatakan bahwa
tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning untuk mencapai
hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan yaitu:
a)
Saling
ketergantungan Positif.
b)
Tanggung
jawab perseorangan.
c)
Tatap
muka.
d)
Komunikasi
antar anggota.
e)
Evaluasi
proses kelompok.
3.
Kelebihan
dan Kekurangan Metode Jigsaw
Menurut
Lie yang dikutip oleh Rusman (2010: 218) menyatakan bahwa “metode Jigsaw
merupakan salah satu tipe pembelajaran yang fleksibel”. Metode Jigsaw
ini juga mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap
pembelajaran, di samping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.
Rusman
(2010: 219) mengemukakan pengaruh positif atau kelebihan dari metode Jigsaw
tersebut, diantaranya:
1)
Meningkatkan
hasil belajar
2)
Meningkatkan
daya ingat
3)
Dapat digunakan
untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi
4)
Mendorong
tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu)
5)
Meningkatkan
hubungan antarmanusia yang heterogen
6)
Meningkatkan
sikap anak yang positif terhadap sekolah
7)
Meningkatkan
sikap positif terhadap guru
8)
Meningkatkan
harga diri anak
9)
Meningkatkan
perilaku penyesuaian sosial yang positif dan
10) Meningkatkan
keterampilan hidup bergotong-royong
Slavin (2010: 245) juga mengemukakan kelebihan
metode Jigsaw dalam proses pembelajaran diantaranya:
a.
Siswa
bekerjasama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma kelompok
b.
Semua siswa
membaca semua materi
c.
Membuat
konsep-konsep yang telah disatukan menjadi lebih mudah untuk dipahami
d.
Interaksi
siswa seiring dengan kemampuan mereka berpendapat
Adapun
kekurangannya adalah:
a.
Untuk melakukan
pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama.
b.
Adanya siswa
yang tidak aktif belajar.
c.
Tiap bagian
harus ditulis supaya dengan sendirinya dapat dipahami.
d.
Apabila
sportivitas siswa dalam kelompok kurang, maka hasil yang diinginkan tidak
tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid Dan Dian Andayani
2004 PAI Berbasis
Kompetensi, Remaja Rosdakarya, Bandung
Anita Lie
2008 Cooperative Learning. PT Gramedia Widiasarana, Jakarta
Isjoni
2010 Cooperatif Learning
Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta, Bandung.
Nana Sudjana.
2004 Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Nanang Hanifah, Cucu
Suhana
2010
Konsep Strategi Pembelajaran, PT. Rekika Aditama. Bandung
Pupuh Fathurrohman & Sobry Sutikno
2007 Strategi
Belajar Mengajar. PT Refika Aditama, Bandung
Robert E Slavin
2010 Cooperative
learning.Newyork, jhon Hopkins University
Rusman
2010 Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Rajawali Pers, Jakarta
Sardiman A.M
2010Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar.
Rajawali Pers, Jakarta.
2011 Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar.
Rajawali Pers, Jakarta.
Sumadi
Suryabrata
2010
Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kharisma Putra Utama, Jakarta
Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Winarno
Surakhmad
1998 Pengantar
Penelitian Ilmiah. Bandung, Tarsito.
Yaya Suryana dan Tedi priatna.
2009 Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Sazkia Pustaka Utama.
0 komentar:
Posting Komentar