Selasa, 16 Desember 2014

METODE I’TIBAR


BAB II
PEMBAHASAN

A.    METODE TAKHRIJ AL-HADITS
Metode Takhrijul-hadits dapat dilakukan antara lain dengan melakukan studi terhadap kitab atau buku yang menjelaskan sebuah hadits. Menelusuri hadits sampai kepada sumber aslinya tidak semudah menelusuri ayat Alquran. Untuk menelusuri ayat Alquran, cukup diperlukan sebuah kitab kamus Alquran. Misalnya, kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Al-fazil Alquranil Karim, karya Muhammad Fu’ad Abdul-Baqi, dan sebuah kitab rujukan berupa mushaf Alquran. Untuk menelusuri hadits, tidak cukup hanya menggunakan sebuah kamus dan sebuah kitab rujukan berupa kitab hadits yang disusun oleh mukharrijnya. Yang menyebabkan hadits begitu sulit untuk ditelusuri sampai sumber asalnya karena hadits terhimpun dalam banyak kitab.
Dengan dimuatnya hadits Nabi di berbagai kitab hadits yang jumlahnya banyak, sampai saat ini masih belum ada sebuah kamus yang mampu memberi petunjuk untuk mencari hadits yang dimuat oleh seluruh kitab hadits yang ada. Untuk mengetahui kitab-kitab kamus hadits yang besar manfaatnya bagi kegiatan takhrijul-hadits.
1.      Takhrij Naql atau Akhdzu
2.      Takhrij Tashih
3.      Takhrij I’tibar

B.     TAKHRIJ I’TIBAR
Cara i’tibar berarti mendapatkan informasi dan petunjuk dari literatur, baik kitab/diwan yang (mushanaf, musnad, sunan dan shahih). I’tibar (studi literatur) lainnya dalam melihat kualitas hadits adalah menelaah kitab-kitab fan tertentu (tafsir, tauhid, fiqih, tasawuf dan akhlak) yang memuat dan menggunakan hadits sebagai dalil pembahasannya. Secara teknis proses pembahasan yang perlu ditempuh dalam studi dan penelitian Hadits (al-Syarah bi Takhrij Al-Hadits) sebagai berikut:
1.      Dilihat, apakah hadits tersebut benar-benar sebagai hadits. Hal ini dengan melihat dan memperhatikan tanda idhfahnya dan dari mana teks tersebut dikutip.
2.      Dikenal unsur yang harus ada pada hadits, berupa rawi, sanad dan matan. Rawi dan sanad dengan matannya merupakan kesatuan yang mutlak harus ada, ini beda dengan Alquran, teks Alquran diyakini nuzulnya karena sudah tuntas tertulis pada masa Nabi Saw, sedang hadits proses tadwinnya panjang, sejak masa Nabi Saw dan baru selesai pada tahun 300-an Hijriyah.
3.      Termasuk jenis hadits apa hadits tersebut, dari segi rawinya, matannya dan sanadnya.
4.      Bagaimana kualitas hadits tersebut? Maka digunakan proses tashih dan proses i’tibar, artinya dianalisis rawi, sanad dan matannya dan dicari informasi dan petunjuk berdasarkan jenis diwan, penjelasan syarh dan pembahasan ulama fan.
5.      Bila hadits itu maqbul, bagaiman ta’amulnya, apakah ma’mulbih (dapat diamalkan) atau ghairu ma’mul bih? Kalau hadits maqbul itu tunggal atau banyak, tapi tidak ada tanakud dan ta’arudh atau tidak mukhtalif, (tidak ada pertentangan) satu sama lain, maka dapat diamalkan, bila lafazh dan maknanya jelas dan tegas (muhkam), tapi kalau mutasyabih, maka hadits itu ghairu ma’mul-bih.
6.      Teks hadits harus dipahami ungkapannya, maka perlu dialih bahasakan (diterjemahkan) serta dipahami lafazh-lafazh tertentu yang musykil, baik yang gharib, majhul, mustasyabih, musytarak.
7.      Memahami Asbab Wurud Al-Hadits, yakni tentang latar belakang dan peristiwa yang berkaitan dengan wurudnya hadits tersebut.
8.      Apa isi kandungan (materi) hadits tersebut, dalam memahami isi kandungan hadits, berkaitan dengan berbagai hal dan dapat dipahami berdasarkan pemahaman ketatabahasaan, hasil istimbat, dan penyesuaian dengan qarinah yang relevan (tekstual dan kontekstual).
9.      Menganalisis problematika, baik dalam pemahamannya maupun dalam pengamalannya.
Jadi metode i’tibar adalah metode untuk “mencari dan mendapatkan petunjuk untuk mengetahui kualitas hadis literatur hadis. I’tibar terbagi tiga, yaitu i’tibar diwan, i’tibar syarah, dan i’tibar fan. 
1.      I’tibar diwan artinya mendapatkan informasi kualitas hadis dari kitab-kitab yang asli, yaitu Mushannaf, Musnad, Sunan, dan Shahih (contoh, seperti kitab al-jami’ al-shahih li al-Bukhari, Shahih Muslim, atau Sunan Abu Dawud). I’tibar Diwan merupakan metoda menentukan kualitas hadits berdasarkan petunjuk dari kitabnya, sebab menurut konvensi muhadditsin, bahwa jenis kitab dapat menentukan kwalitas haditsnya. Misalnya :
-          Kitab shahih menunjukkan haditsnya Shahih.
-          Kitab Sunan menunjukkan haditsnya mungkin shahih, hasan atau dla’if namun tidak sampai 3 M (maudlu, matruk dan munkar).
-          Kitab Musnad dan Muwatha menunjukkan haditsnya mungkin shahih, hasan, atau dla’if bahkan bisa sampai 3 M (maudlu, matruk dan munkar).
2.      I’tibar syarah artinya mendapatkan informasi kualitas hadis dari kitab-kitab syarah, yaitu kitab-kitab kutipan hadis, seperti Bulughul Maram, Nailul Authar, Lu’lu’ war Marjan, atau Riyadhus Solihin. I’tibar syarah merupakan metoda untuk menentukan kualitas hadits berdasarkan petunjuk dari kitab syarah. Misalnya kitab syarah Bukhari bernama Fath al-Barri, dan kitab syarah Sunan Abu Dawud bernama ‘Aun al-Ma’bud.
3.      I’tibar fan artinya mendapatkan informasi kualitas hadis dengan menelaah kitab-kitab fan tertentu, seperti fan tafsir, fikih, tauhid, tasawuf, dan akhlak yang memuat dan menggunakan hadis sebagai pembahasannya. I’tibar fan merupakan metoda menentukan kualitas hadits berdasarkan petunjuk dari kitab ilmu (tauhid, fiqih atau akhlak). Misalnya :
-          Kitab Bulughul Maram sebagai kitab fiqih.
-          Kitab Riyadl al-Shalihin sebagai kitab tauhid dan akhlak.


BAB III
KESIMPULAN

Metode i’tibar berkenaan dengan kaidah penentuan kualitas hadis dengan melihat hadis tersebut dalam literatur hadis. Kaidah i’tibar ada tiga, yaitu i’tibar diwan, i’tibar syarah, dan i’tibar fan.Dengan kaidah ini akan diketahui kualitas kitab hadis tersebut apakah hadis-hadisnya berkualitas shahih, hasan, atau dha’if.
Implikasi kaidah kenaikan kualitas hadis dan kaidah i’tibar terhadap kaidah tashhih adalah membantu kaidah tashhih menentukan kualitas sebuah hadis dari sisi rawi apakah termasukshahih, hasan, atau dha’if dan membantu memilah-milah mana kitab hadis yang hadis-hadisnya berkualitas shahih, hasan, atau dha’if. Penentuan dan pemilahan ini akan mengetahui mana hadis yang diterima dan mana hadis yang ditolak.


DAFTAR PUSTAKA




0 komentar: