KONSEP
DASAR MANAJEMEN PUBLIK
- Pengertian manajemen
Pengertian
manajemen berbeda dengan administrasi. Administrasi berarti mengikuti instruksi
dan manajemen berarti pencapaian hasil. Menurut Allison ada tiga fungsi
manajemen umum, yaitu strategi, mengelola komponen internal dan mengelola
komponen eksternal. Fungsi ini akan dijelaskan sebagai berikut.
Fungsi manajemen umum
STRATEGI
1. Menetapkan tujuan
dan prioritas bagi organisasi (atas dasar meramal
lingkungan eksternal dan kapasitas organisasi).
2. Merumuskan rencana
operasional untuk mencapai tujuan tersebut.
MENGELOLA KOMPONEN
INTERNAL
3. Mengorganisasikan
dan menyusun staff: dalam mengorganisasikan, manajer
membentuk struktur (unit dan jabatan yang diberi wewenang dan tanggung jawab)
dan prosedur untuk mengkoordinasikan kegiatan dan mengambil tindakan. Dalam
menyusun staf, ia mencoba menyesuaikan orang yang tepat dengan pekerjaan utama.
4. Mengarahkan pegawai
dan sistem manajemen kepegawaian: kapasitas organisasi
terletak pada anggotanya, serta keahlian dan pengetahuan mereka. Sistem
manajemen kepegawaian merekrut, menyeleksi, mensosialisasikan, melatih, memberi
imbalan, memberi hukuman, dan mengeluarkan modal manusia organisasi, yang
merupakan kapasitas organisasi untuk bertindak untuk mencapai tujuannya dan
untuk merespon arahan khusus dari manajemen.
5. Mengontrol kinerja: berbagai
sistem informasi manajemen – termasuk anggaran modal dan operasional,
akuntansi, laporan, dan sistem statistik, penilaian kinerja, dan evaluasi
produk – membantu manajemen dalam membuat keputusan dan dalam mengukur kemajuan
kearah tujuan.
MENGELOLA KONSTITUENSI
EKSTERNAL
6. Berhubungan dengan
unit ‘eksternal’ organisasi berkaitan dengan beberapa
wewenang/otoritas umum: manajer harus berhubungan dengan manajer dari unit lain
dalam organisasi yang lebih besar – di atas, di samping, dan di bawah – untuk
mencapai tujuan unit mereka.
7. Berhubungan dengan
organisasi independen: badan-badan dari cabang lain atau
tingkat-tingkat pemerintahan, kelompok kepentingan, dan usaha swasta yang dapat
mempengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya.
8. Berhubungan dengan
pers dan publik yang tindakannya atau persetujuannya
atau kepatuhannya diperlukan.
Fungsi utama pertama
adalah strategi. Ini mencakup masa depan organisasi, menetapkan tujuan dan
prioritas, serta membuat rencana untuk mencapai tujuan dan prioritas tersebut.
Hal umum bagi badan-badan untuk mengembangkan tujuan dan prioritas ketimbang
mengasumsikan bahwa kebijakan berasal dari politisi. Politisi sekarang menuntut
bahwa badan0badan dan pegawai negeri di bawah kontrol nominal mereka ikut
terlibat dalam masalah-masalah strategi.
Fungsi utama kedua
adalah mengelola komponen internal. Ini mencakup penyusunan staf, membentuk
struktur dan sistem untuk membantu mencapai tujuan yang diidentifikasikan oleh
strategi.
Fungsi ketiga melihat
organisasi dalam konteks eksternalnya dan tugas mengelola konstituensi
eksternal. Ada fokus eksternal yang lebih besar dalam manajemen publik baru
melalui strategi dan mengelola konstituensi eksternal, daripada dalam kasus
dengan model tradisional administrasi publik. Anonimitas layanan publik telah
menurun, dan diterima dengan baik. Pegawai negeri sekarang lebih bebas
berbicara di depan publik, untuk muncul dalam forum profesional, untuk menulis artikel
di koran, dan secara umum menjadi figur publik yang layak.
Awal pendekatan
manajemen
Untuk sebagian besar
abad 20, ada sedikit perbedaan dalam struktur manajemen atau gaya antara sektor
publik dan swasta. Sejak 1980-an, pemerintah mulai tidak yakin bahwa sistem
tradisional administrasi memberikan bentuk manajemen yang efektif untuk layanan
publik mereka, ketika dibandingkan dengan sektor swasta, dan mulai membuat
perubahan sebagai akibatnya. Pada saat ini, pendekatan manajerial dimulai.
Salah satu titik awal
adalah Laporan Fulton tahun 1968 di Inggris. Laporan ini mencatat keprihatinan
terhadap kapabilitas manajemen layanan publik. Disarankan bahwa sistem harus
dibuka, bahwa pihak luar bisa dipekerjakan pada semua tingkatan dan bahwa
struktur hierarkis yang kaku yang menjadi hambatan harus dihilangkan.
Manajemen publik baru
Permulaan manajemen
publik baru atau manajerialisme menandai perpindahan dari reformasi sebelumnya.
Daripada menjadi spesialisasi teknis dalam administrasi publik seperti masa
manajemen publik ‘kuno’, manajemen publik baru bertujuan pada penggantian model
tradisional. Daripada reformasi sektor publik, manajemen publik baru mewakili
transformasi sektor publik dan hubungannya dengan pemerintah dan masyarakat.
Alasan utama bagi
ditutupinya model tradisional administrasi kuno adalah bahwa model tersebut
sudah tidak bekerja lagi, dan secara umum dianggap tidak bekerja. Pemerintah
menyadari ini pertama kali dan mulai menolak beberapa keyakinan pokok dari
model tradisional. Mereka mulai menggunakan ahli ekonomi atau orang yang
dilatih dalam manajemen daripada menggunakan administrator generalis, meminjam
teknik-teknik manajemen dari sektor swasta, menarik garis pembatas antara
kegiatan sektor publik dan sektor swasta dengan tujuan memotong biaya, dan
mengubah kondisi kerja di dalam sistem yang tidak diperlukan lagi. Pemerintah
dihadapkan dengan menurunnya pendapatan, tetapi dengan tuntutan politik untuk
mempertahankan pelayanan di tingkat yang sama. Dalam situasi ini, satu-satunya
jalan adalah memperbaiki produktivitas.
Program manajerial
Ada beberapa konsep
tentang apa yang dicakup dalam manajerialisme atau manajemen publik baru. OECD
berpendapat bahwa beberapa negara anggotanya berusaha membuat sektor publik
mereka lebih manajerial dengan ciri umum yang diperkenalkan yaitu lebih
ramping, lebih partisipatif, gaya hubungan yang lebih hati-hati: antara
tingkatan hierarki, antara badan-badan pengawas dan unit-unit operasional; dan
antara unit-unit produksi, baik publik maupun swasta. Daripada mengatur
tindakan administratif dengan aturan-aturan dan wewenang hierarkis, OECD
berpendapat bahwa hampir semua negara mengikuti ‘dua jalan’ untuk memperbaiki
produksi dan pelayanan barang dan jasa yang disediakan oleh sektor publik.
Secara ringkas, ada
empat jenis perubahan yang merupakan program manajerial: pertama, perubahan
fokus pada output; kedua, perubahan input administratif, seperti mempekerjakan
staf dengan kontrak; ketiga, perubahan lingkup badan-badan pemerintah; dan
keempat, mengubah hubungan akuntabilitas dengan kepemimpinan politik dan
publik, karena manajer menjadi lebih bertanggung jawab terhadap hasil.
1. fokus pada output
Perubahan utama dalam
program manajerial adalah bagi organisasi untuk fokus pada output,
daripada input. Organisasi publik melakukan hal-hal: pemerintah sekarang ingin
tahu apa yang mereka lakukan; seberapa baik mereka melakukannya; siapa yang
bertugas dan bertanggung jawab atas hasil. Motto baru adalah pencapaian tujuan.
Untuk melakukan hal ini, ada lima-langkah respon yang telah dikembangkan.
Pertama, organisasi
menentukan strategi keseluruhannya dan menetapkan tujuan, karena tanpa strategi
maka tanpa arah. Kedua, program direncanakan untuk memenuhi tujuan yang
ditentukan dalam strategi keseluruhan. Ketiga, struktur organisasi dan
anggarannya melalui program, yaitu kerja badan harus dibagi menjadi sub-sub ke
dalam program spesifik, sub-program dan kegiatan, serta keseluruhan organisasi
badan harus mencerminkan semua hal ini. Keempat, dan sebagai hasil
langkah-langkah sebelumnya, maka perlu diukur kinerja pada semua tingkatan.
Kinerja dalam pencapaian tujuan perlu diukur untuk menentukan apakah program
dijalankan secara efisien. Juga, kinerja individu dapat diukur untuk diberi
imbalan bagi orang yang bekerja baik dan sanksi bagi yang bekerja tidak baik.
Kelima, perlu dievaluasi pencapaian tujuan tersebut. Evaluasi program
pemerintah harus dilakukan untuk menentukan jika sumber daya digunakan dengan
baik dengan cara yang efektif dan efisien.
2. Perubahan input
Ada sejumlah perubahan
input, meski tidak sepenting fokus output, yang memiliki dampak signifikan pada
manajemen sektor publik. Input meliputi sumber daya staf, penganggaran,
teknologi dan lain-lain, yang semuanya ada dalam model administratif, tetapi
mengalami perubahan detail dalam manajemen publik baru.
Perubahan input
bertujuan pada memperbaiki insentif dan kinerja. Ada beberapa perubahan staf
yang dirancang agar lebih sesuai bagi staf dengan posisinya, untuk menilai
kinerja mereka dan memberi imbalan kepada mereka menurut pembayaran merit
(nilai tambah). Penekanan pada kinerja juga mengarah pada penunjukkan jangka
pendek dan dapat memberhentikan staf yang dipekerjakan dengan kontrak atau
diangkat ke tingkat tertinggi dari luar. Perubahan ini berasal dari sektor
swasta dimana fleksibilitas pengaturan staf dan penganggaran telah menjadi
sumber kecemburuan bagi pimpinan pemerintah. Mereka didukung oleh pertimbangan
teoritis dari ekonomi bahwa organisasi dan individu tidak akan berkinerja penuh
kecuali jika ada sistem insentif yang tepat.
3. Mengurangi lingkup
pemerintah
Memotong lingkup
pemerintah dan birokrasi merupakan bagian lain dari program manajerial. Ini
akan dibahas lebih lanjut dalam Bab 4 dan 5, dan dimungkinkan bahwa mengurangi
kegiatan pemerintah dapat terjadi dengan tidak adanya program reformasi
manajerial. Tetapi mengurangi fungsi pemerintah dipandang oleh OECD sebagai
bagian program manajerial.
Meluasnya privatisasi
adalah bagian dari ini, tetapi bukan satu-satunya cara mengurangi lingkup
pemerintah. Perampingan menjadi umum digunakan sebagai cara mengurangi biaya
barang atau jasa yang tetap menjadi bagian pemerintah tetapi dengan sektor
swasta yang menyediakannya. Kompetisi terhadap ketentuan melalui tender, kadang
dalam pemerintah, dilihat sebagai mengurangi biaya dibandingkan dengan
ketentuan birokratik.
4. Hubungan dengan
politisi dan publik
Model administrasi
tradisional dikritik karena konsep yang tidak memadai tentang hubungan antara
birokrasi dan kepemimpinan politik. Dalam teori, model administratif membutuhkan
pemisahan antara pihak yang memberi perintah dan pihak yang menjalankan
perintah. Karakteristik utama model manajerial adalah bahwa tanggung jawab
dipegang oleh manajer untuk pencapaian hasil. Ini berarti hubungan antara
manajer dengan politisi, dan manajer dengan publik harus berubah.
Dalam model
tradisional, hubungan dengan kepemimpinan politik sangat sempit dan teknis,
tuan dan pelayan, pihak yang memberi perintah dan pihak yang menjalankan
perintah. Dalam model manajemn publik, hubungan antara politisi dan manajer
lebih cair dan lebih erat daripada sebelumnya. Ini bukan merupakan bentuk
manajemen yang sempit dan teknokratik, karena masih ada wewenang politik.
Bahkan jika manajemen
publik berbeda dari bentuk manajemen lainnya karena wewenang politik, masih
tetap manajemen daripada administrasi. Manajer publik sekarang terlibat dalam
masalah kebijakan, mereka juga terlibat dalam masalah politik, mereka lebih
bertanggung jawab secara pribadi atas masalah dan akan membayar dengan
kehilangan pekerjaan mereka jika terjadi kesalahan. Manajemen publik telah
menjadi bentuk manajemen politik dan hubungan dengan pemimpin politik telah
berubah.
Mungkin, keahlian utama
yang diperlukan manajer publik adalah bagaimana menjadi politisi birokratik
yang dapat berinteraksi dengan politisi dan dengan pihak luar dengan cara yang
menguntungkan bagi dirinya sendiri dan organisasi. Selain itu, ada penerimaan
kebutuhan atas akuntabilitas langsung antara manajer dan publik, sebagai hasil
tuntutan bagi ‘fokus pelanggan’ dan daya tanggap yang lebih besar terhadap
kelompok dan individu di luar organisasi. Ini merupakan perbedaan lain dengan
model tradisional.
Dasar teoritis
manajemen
Dasar teoritis
manajemen publik baru perlu dipertimbangkan lebih detail, terutama seperti
teori di belakang model administrasi tradisional yang dikritik dalam bab
sebelumnya. Dikatakan bahwa administrasi publik didasarkan pada dua teori,
yaitu teori birokrasi dan teori pemisahan antara politisi dan administrator.
Juga ada dua dasar teori utama bagi manajemen publik baru, yaitu ekonomi dan
manajemen swasta.
Dasar ekonomi bagi
manajerialisme membantunya menarik apa yang paling kuat dari teori ilmu sosial.
Ada dua asumsi kunci dalam ekonomi. Pertama, asumsi rasionalitas individu,
bahwa individu dapat diasumsikan lebih suka memiliki banyak sesuatu daripada
sedikit. Kedua, asumsi rasionalitas individu membantu menjelaskan model-model
yang meluas ke tingkat abstraksi yang tinggi.
Manajemen publik
dipengaruhi oleh teori dan praktek manajemen swasta. Ada perbedaan mendasar
antara sektor publik dan swasta (Bab 11), tetapi ini tidak berarti bahwa
teknik-teknik atau teori-teori yang berasal dari sektor swasta tidak relevan
bagi sektor publik.
Manajemen swasta
membantu manajerialisme dalam hal memisahkan bagian-bagian sistem publik yang
dianggap fundamental yang secara fakta tidak. Sektor publik harus adil dan
tidak memihak dalam berhubungan dengan pelanggan, tetapi ini tidak berarti
bahwa pegawai negeri harus netral atau memiliki pekerjaan seumur hidup. Mungkin
sulit untuk mengukur kinerja di sektor publik, tetapi ini bukan berarti bahwa
tidak ada upaya yang dilakukan. Sifat politik sektor publik membuatnya berbeda
dari sektor swasta, tetapi tidak berarti bahwa semua tindakan adalah politik,
atau bahwa semua tindakan kebijakan harus dijalankan oleh politisi. Ini
khususnya dalam kasus faktor input yang dijelaskan sebelumnya, seperti kondisi
pengaturan staf yang murah hati yang sebelumnya dianggap perlu bagi pegawai
negeri. Sulit untuk melihat bagaimana pelayanan jasa dirugikan dengan
ketenagakerjaan dengan kontrak atau dasar paruh-waktu, atau jika staf dipakai
di tingkat yang lebih tinggi dari pada nilai-dasar. Tetapi semua ini
bertentangan dengan apa yang sebelumnya dianggap perlu bagi semua
ketenagakerjaan publik. Jika banyak pekerjaan di sektor publik sama dengan
sektor swasta, sulit untuk membenarkan praktek ketenagakerjaan yang tidak
biasa.
Ekonomi dan manajemen
swasta adalah dukungan teoritis utama bagi manajemen publik baru. Apakah ini
merupakan dukungan yang memadai seperti model tradisional menjadi kritik
terhadap pendekatan manajerial.
Kritik terhadap
manajerialisme
Mengikuti implementasi
program reformasi yang komprehensif, pekerjaan yang sekarang dilakukan oleh
pegawai negeri membutuhkan nama ‘manajemen’. Fokus pada pencapaian hasil dan
memegang tanggung jawab individu atas pencapaiannya. Ada beberapa aspek agenda
manajerial yang mendapat kritikan.
1. Dasar ekonomi
manajerialisme
Landasan dalam ekonomi
membentuk satu kritikan terhadap pemikiran manajerialis. Ada dua kritik utama
terhadap dasar ekonomi manajerialisme. Pertama, bahwa ekonomi adalah ilmu
sosial yang salah dan penerapannya pada pemerintah juga salah. Kritik kedua,
bahwa penerapan ekonomi pada pemerintah salah dimengerti.
2. Dasar manajemen
swasta
Manajerialisme yang
berasal dari model bisnis swasta adalah sumber kritik. Sektor publik berbeda
sehingga model manajemen sektor swasta atau generik tidak relevan dengan
operasionalnya. Misalnya, menggani fokus organisasi dari input ke output
memiliki langkah yang berhubungan – menentukan strategi dan menetapkan tujuan,
merencanakan program untuk mencapai tujuan, menyusun struktur dan mendanai
program, mengukur kinerja dan mengevaluasi pencapaian. Semua langkah mengikuti
satu sama lain secara logika, jika tujuan dan hasil dapat ditentukan, maka
hal-hal lain juga diperlukan. Namun ini berarti bahwa jika tujuan sulit
dilaksanakan, hal lain menjadi tidak relevan karena tergantung pada adanya
tujuan yang jelas.
Fakta bahwa teknik atau
teori manajemen berasal dari sektor swasta adalah sumber beberapa kritik. Ada
perbedaan antara sektor swasta dan sektor publik yang menjadi batasan terhadap
apa yang diadopsi dan keberhasilannya. Sektor publik selalu meminjam prinsip
administrasi dari sektor swasta. Banyak teori sektor swasta yang gagal
diterapkan pada sektor publik, namun bukan berarti sektor publik harus dikelola
dengan cara tradisional. Setiap teknik perlu dimodifikasi untuk sesuai dengan
lingkungan barunya.
3. Neo-Taylorisme
Manajerialisme dikritik
mewakili ide-ide manajemen ilmiah dari Taylor. Dikatakan bahwa menggunakan
teori ini berarti mengabaikan perkembangan perilaku organisasi sejak era
Taylor. Sistem Taylor sesuai untuk birokrasi formal dan ini alasan digunakannya
oleh pelayanan publik di awal abad 20. Dalam tujuannya untuk menjadi flkesibel,
manajemen publik baru akan kurang menggunakan prinsip Taylor dibandingkan
administrasi publik tradisional sebelumnya. Jika bentuk kegiatan kewirausahaan
pemerintah yang digambarkan Osborne dan Gaebler banyak digunakan, hasilnya akan
sangat bertentangan dengan prinsip Taylor.
4. Politisasi
Perubahan sektor publik
mencakup “mempolitisasi’nya; melibatkannya secara langsung dalam masalah
politik partai. Pemimpin politik sekarang mulai lebih memilih kepala departemen
mereka, dan mengharuskan simpati terhadap tujuan-tujuan politik mereka. Ini
menghilangkan penekanan model tradisional pada administrasi netralitas dan
non-partisan. Ada dua sisi permasalahan politisasi.
Di satu sisi, dapat
dikatakan bahwa pihak yang membuat argumen tentang ‘politisasi’ mengabaikan
fakta bahwa pelayanan publik secara mendasar merupakan instrumen politik. Tidak
ada kepentingan publik di atas dan di luar pemerintah saat itu. Apapun partai
yang berkuasa, ‘politisasi’ terus akan berlangsung dan bahkan dipercepat.
Di sisi lain argumen,
dimungkinkan bahwa politisasi dapat mengarah pada permasalahan dari apa yang
berusaha diperbaiki oleh Woodrow Wilson. Wilson berpendapat bahwa pemisahan
antara politik dan administrasi sebagai reformasi terhadap sistem yang hancur
dan mengurangi korupsi yang disebabkan sistem tersebut. Jika manajer dibuat
bertanggung jawab atas hasil mereka, dan sistem menjadi lebih politik dan
pribadi, jenis permasalahan yang sama akan terjadi. Jika ini terjadi karena
pegawai negeri terlalu politik, akan ada tuntutan untuk kembali pada ide
netralitas. Politisasi tetap menjadi masalah potensial.
5. Berkurangnya
akuntabilitas
Ini keprihatinan
tentang apakah konsep dan prosedur manajerial baru sesuai dengan sistem
akuntabilitas. Ada beberapa kesulitan di sini. Konflik dapat terjadi antara
konsep manajemen publik dan akuntabilitas publik. Jika pegawai negeri menjadi
akuntabel secara manajerial, ini akan bergeser dari akuntabilitas politisi yang
bertanggung jawab. Akuntabilitas menjadi masalah nyata, meski tidak banyak
karena sistem lama sangat tidak realistis dan tidak menjamin akuntabilitas sama
sekali. Selain itu, perubahan manajerial menjanjikan lebih transparan, sehingga
pencapaian program tertentu dapat dilihat. Ini meningkatkan akuntabilitas
karena publik memiliki ide yang lebih baik tentang apa yang dikerjakan
pemerintah, sementara fokus eksternal yang lebih besar berarti kepentingan
mereka lebih sangat diperhatikan.
6. Masalah implementasi
Sejauh ini perubahan
manajerial dimulai dari atas, kurang memperhatikan pada implementasi. Perbaikan
strategi atau penganggaran dapat terjadi di atas, tetapi pada tingkatan lebih
rendah, implementasi atau manajemen kinerja juga diperlukan. Evaluasi program
masih dianggap tidak biasa dan ketika dijalankan belum komprehensif. Pelatihan
yang lebih baik harus terjadi sebagai bagian keseluruhan paket, terutama
pelatihan manajemen bagi staf senior, tetapi ketika sumber daya dikurangi,
kegiatan tersebut dianggap barang mewah.
7. Spesifikasi yang
tidak jelas
Kritik terakhir adalah
spesifikasi yang tidak jelas tentang model manajerial. Tidak ada definisi nyata
tentang manajemen publik baru atau manajerialisme. Ada sejumlah daftar bentuk
kegiatan yang dicakup – pengukuran kinerja, insentif, penganggaran program dan
seterusnya – tetapi tidak ada definisi yang jelas. Namun, manajemen publik baru
tidak sama dengan administrasi publik.
Kritik keseluruhan
Dalam analisis akhir,
kritik terhadap model manajerialis memiliki beberapa nilai tetapi kurang
meyakinkan., atau kurang terbukti, meski lebih banyak kritik yang akan dibahas.
Dimungkinkan untuk menerima beberapa bentuk ancaman dalam penggunaan manajemen
yang berdasarkan hasil, manajemen stratejik, penganggaran program, pengukuran
kinerja, dan sebagainya, serta kurang tersedianya teori. Namun, ujian
sebenarnya adalah kinerja model baru dibandingkan model lama.
Kesimpulan
Manajerialisme lebih
sesuai dengan keinginan pemerintah memberikan pelayanan maksimum dengan biaya
administratif terendah tanpa khawatir terlalu besar tentang cara-cara yang
digunakan.
Perdebatan tentang
manajemen publik baru dan manajerialisme memunculkan persoalan tentang peran
pelayanan publik dan peran pemerintah dalam masyarakat. Tugas pelayanan publik
adalah mengelola fungsi publik seperti keinginan warga negara melalui proses
politik. Keberhasilan tugas ini mempengaruhi skala kegiatan publik. Perubahan
manajerial membantu fungsi publik dijalankan dengan lebih efisien, biaya
efektif, menyediakan lebih banyak informasi untuk membuat keputusan. Dalam analisis
akhir, pengambil kebijakan sebagai politisi bekerja dengan pelayanan publik
dalam proses interaktif yang disebut manajemen.
Perdebatan tentang
manajerialisme sangat menarik tentang masa depan sektor publik. Kerangka
manajerial baru menjanjikan banyak hal tetapi tidak semuanya dapat dicapai.
Yang harus dilihat adalah bagian dari model lama – profesionalisme, tidak
berpihak, standar etika tinggi, tanpa korupsi – dapat dijaga berdampingan
dengan meningkatnya kinerja yang dijanjikan model manajerial.
- Definisi manajemen publik
Secara khusus manajemen publik menunjuk pada manajemen
instansi pemerintah (Keban,2004)
Woodrow Wilson :
- Pemerintah sbg setting utama organisasi
- Fungsi eksekutif sbg fokus utama
- Prinsip manajemen sbg kunci pengembangan kompetensi administrasi
- Metode perbandingan sbg metode pengembangan bidang administrasi public
Ott, Hyde, dan Shafritzs 1990 :
•
Manajemen publik memfokuskan pada administrasi publik
sbg sebuah profesi dan memfokuskan pada manajer publik
sbg praktisi dari profesi tsb.
•
Manajemen publik lebih mencurahkan perhatian pada operasi-operasi atau pelaksanaan internal organisasi
pemerintah atau organisasi non-profit ketimbang pada hubungannya dan
interaksinya dengan legislatif, peradilan,atau organisasi sektor publik lainnya
Graham and Hays :
•
Public management are concerned with efficiency, accountability, goal
achievement (efektivitas), and other managerial and technical questions
Overman (dalam Keban,2002004)
•
Manajemen publik adalah suatu studi interdisipliner
dari aspek-aspek umum organisasi , dan merupakan gabungan antara fungsi
manajemen seperti planning, organizing,
dan controlling di satu sisi, dengan sumber daya manusia, keuangan,
fisik, informasi
dan politik di sisi lain
Ott, Hyde, dan Shafritzs 1990 :
•
Secara spesifik, manajemen publik memfokuskan pada
bagaimana organisasi publik mengimplementasikan kebijakan publik.
•
Perencanaan, pengorganisasian, dan pengontrolan
merupakan perangkat utama yang dilakukan oleh manajer publik dalam rangka
menyelenggarakan pelayanan pemerintah/publik
Ott, Hyde, dan Shafritz (dalam Keban,2004)
•
Manajemen publik dan kebijakan publik merupakan bidang
administrasi publik yang tumpang tindih
•
Kebijakan publik = sistem otak dan syaraf
•
Manajemen publik = sistem jantung dan sirkulasi
dalam tubuh manusia
Manajemen publik = proses menggerakkan SDM dan non-manusia sesuai perintah kebijakan
publik
Ott, Hyde, dan Shafritz (1991)
•
Manajemen publik memfokuskan pada alat-alat
manajerial, tehnik-tehnik, ilmu pengetahuan, dan keahlian
yang dapat digunakan untuk menerapkan ide-ide dalam kebijakan ke dalam
program-program tindakan.
•
Contoh : perencanaan dan manajemen strategis, sistem
klasifikasi jabatan, prosedur seleksi dan perekrutan pegawai, analisis dan
formulasi anggaran, keahlian supervisi, evaluasi organisasi dan program,
manajemen program/proyek, manajemen kinerja, dsb
- Fungsi manajemen publik
Menurut
Keban, 2004:
- Fungsi Manajemen Kebijakan
Manajer
publik = implementor kebijakan publik
Fungsi
manajemen kebijakan :
– Perencanaan implementasi : penentuan
atau usulan program/proyek dlm tahun
anggaran tertentu
– Memberikan pikiran/saran kpd analis
kebijakan dan berpartisipasi dlm penentuan alternatif diusulkan menjadi program
proyek
– Mengkoordinasi pelaksanaan
program/proyek
– Memonitor dan mengevaluasi
implementasi program/proyek
- Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM)
Faktor
yg diperhatikan :
a.
Jumlah, jenis,
kualitas, tuntutan pekerjaan yg ada, Distribusi, beban kerja tiap unit,
Utilisasi, tergantung komitmen yg dimiliki
Manajemen
SDM instansi pemerintah :
Jumlah,
jenis àdimanipulasi
(gejala Parkinson)
Penempatan
dan distribusi tidak jelas, like and
dislike, kepentingan politik
Pemanfaatan
(utilisasi) kurang optimal
Perlu Strategi, tehnik, pendekatan Manajemen SDM yg
dapat meningkatkan kinerja SDM instansi pemerintah.
- Fungsi Manajemen Keuangan
Tugas
utama : Mencari dana, merencanakan dan mengalokasikan sesuai kebutuhan,
memanfaatkan secara optimal, dan mengendalikan sesuai rencana
Manajemen
Keuangan Publik :
Ketakutan
berlebihan thd pemeriksaan eksternal
Lebih
berorientasi “legal formal”, mengikuti
rambu-rambu yg ditetapkan badan pemeriksa keuangan pusat. Kecenderungan
mengutamakan laporan keuangan utk memenuhi tuntutan formal dan akuntabilitas
eksternal yg penting bentuk laporan sesuai standard dan kebutuhan pemeriksa.
Perlu adanya Reformasi atau pembaharuan dalam sistem/manajemen keuangan negara.
- Fungsi Manajemen Informasi
Pentingnya
informasi :
Semua
keputusan pimpinan (perencanaan, anggaran, pembuatan keputusan, pengembangan
organisasi, kontrol dan koordinasi) membutuhkan data dan informasi
Jumlah
dan kualitas informasi = kekuatan utk bekerja sama dengan pihak luar termasuk
penguasaan pasar.
Pelayanan
publik yg baik ditentukan kualitas manajemen informasi
Manajemen
Informasi instansi pemerintah : Unit pengolahan informasi tidak dianggap
penting, Tidak terintegrasi dengan unit-unit lain
Pembaharuan
sistem manajemen informasi :
Siapa
membutuhkan data apa unit/pimpinan/pihak
luar
Dalam
bentuk/format seperti apa jenis dan variasi data; klasifikasi
Kapan
dipersiapkan kapan siap digunakan
Kualitas
SDM kemampuan pengelolaan data
- Fungsi Manajemen Hubungan Luar
Hubungan
luar (masyarakat, NGO, bisnis,dsb) kurang diperhatikan
Sebab
:
Sentralisasi
yg berlebihan orientasi ke pemerintah pusat/atasan (sbg customer)
Tujuan
:
Network
yg sehat kepuasan semua stakeholders (masyarakat,LSM, swasta)
Tuntutan
globalisasi (Paradigma NPM/Governance)
Menjalin
kemitraan (Partnership) dengan pihak luar :
Public-Private
Partnership
Public-Nonprofit
Partnership
Public-Public
Partnership
PERBEDAAN
PUBLIK DAN PRIVAT
Graham T.
Allison (1986):
•
Manajemen publik dan
manajemen privat sama-sama melaksanakan fungsi manajemen umum yakni fungsi yg
oleh Gullick dan Urwick disingkat dgn POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing,
Directing, Coordinating, Reporting, Budgeting)
•
Semua manajer umum /general
manager (sektor publik/privat) menjalankan semua fungsi tsb.
Self :
•
The term administration for
the public service and management for business. There is no difference.
•
Implikasi à the practices
and activities of managing are generic
and that private sector managerial practices are wholly transferable to public
organizations and vice versa







BIROKRASI
Secara etimologis, birokrasi berasal
dari kata biro (bureau) yang berarti
kantor atau dinas, dan kata krasi (cracy, kratie) yang berarti
pemerintahan. Dengan demikian birokrasi berarti dinas pemerintahan. Secara
tipologik (tipe ideal), Max Weber dalam (Surbakti : 1999 : 183),
mendeskripsikan sejumlah karakteristik birokrasi sebagai berikut : pertama, dalam organisasi terdapat
pembagian kerja dengan spesialisasi peranan yang jelas. Pembagian kerja yang
jelas dan terinci ini akan membuka kesempatan untuk hanya merekrut para pegawai
yang ahli dalam bidangnya dan memungkinkan masing-masing pegawai sebagai pihak
yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan tugasnya.
Kedua, organisasi jabatan ini mengikuti prinsip hirarki.
Artinya, jabatan yang lebih rendah berada dalam kontrol dan pengawasan jabatan
yang lebih tinggi. Setiap pejabat dalam hirarki administrasi ini
mempertanggungjawabkan kepada atasannya tidak saja setiap keputusan dan
tindakan yang diambilnya sendiri, tetapi juga setiap keputusan dan tindakan
yang diambil bawahannya. Untuk dapat mempertanggungjawabkan tindakan bawahan,
pejabat memiliki kewenangan untuk memberikan pengarahan kepada bawahan dan
pejabat bawahan berkewajiban menaati pejabat atasan.
Ketiga, kegiatan organisasi jabatan ini dilakukan
berdasarkan sistem aturan abstrak yang konsisten dan terdiri atas penerapan aturan-aturan ini
ke dalam kasus-kasus yang khusus. Sistem standar ini dirancang untuk menjamin
keseragaman tidak hanya dalam pelaksanaan setiap tugas, terlepas dari berapapun
jumlah personil yang terlibat di dalamnya, tetapi juga dalam koordinasi
berbagai tugas. Aturan dan pengaturan yang eksplisit membatasi kewajiban
masing-masing anggota organisasi dan hubungan-hubungan di antara mereka.
Keempat,
setiap pejabat melaksanakan tugasnya dalam semangat kerja yang tinggi dan
hubungan yang formal dan impersonal, yaitu tanpa perasaan benci ataupun
simpati, dan karena itu tanpa afeksi atau antusiasme, artinya pejabat dalam
melaksanakan tugasnya tanpa intervensi (dicampuri) dengan kepentingan personal.
Perilaku diskriminatif dan
ketidakefisienan hanya dapat dihilangkan apabila pertimbangan-pertimbangan
pribadi tidak dilibatkan dalam pelaksanaan tugas operasional organisasi. Dalam
hal ini, terdapat satu kritik terhadap Weber, yaitu hubungan-hubungan informasi
yang berlangsung di antara anggotanya justru mendorong pelaksanaan kegiatan
organisasi formal.
Kelima, setiap pegawai dalam organisasi ini direkrut menurut prinsipi
kualifikasi teknis (merit sistem),
digaji dan dipensiunkan menurut pangkat dan kemampuan, dan dipromosikan menurut
asas kesenioran atau kemampuan, atau keduanya. Prinsip-prinsip ini akan
mendorong pengembangan kesetiaan kepada organisasi dan pengembangan semangat
korps di antara para anggotanya. Hal-hal inilah yang akan mendorong para
pegawai untuk memajukan tujuan-tujuan organisasi.
Keenam, organisasi administrasi yang
bertipe birokratis dari segi pandangan teknis murni cenderung lebih
mampu mencapai tingkat efisiensi lebih tinggi. Oleh karena itu, birokrasi
mengatasi masalah unik organisasi. Artinya, memaksimalkan koordinasi dan
pengendalian sehingga akan tercapai tidak hanya efisiensi organisasi tetapi
juga efisiensi produktif setiap pegawai.
Seluruh
karakteristik birokrasi itu akan menghasilkan suatu birokrasi yang tidak hanya
superior dalam efektivitas, yaitu skala yang besar, tetapi juga superior dalam
efisiensi. Di samping fungsi birokrasi yang positif (efektif dan efisien) seperti
yang disebutkan di atas, Weber juga menyebutkan fungsi negatif dari birokrasi. Pertama, birokrasi cenderung memonopoli
informasi sehingga pihak luar tidak dapat mengetahui atas dasar apa keputusan
itu diambil. Konsep “rahasia jabatan” merupakan penemuan unik birokrasi, dan
tidak ada yang lebih dipertahankan secara fanatik oleh birokrasi selain rahasia
jabatan tersebut. kedua, apabila
sudah terlembaga, birokrasi merupakan salah satu struktur sosial yang paling
sukar dihancurkan. Menghapuskan birokrasi merupakan pekerjaan yang sia-sia.
Tidak mungkin mengelola suatu bangsa-negara yang besar atau perusahaan swasta
tanpa menggunakan spesialisasi dan keahlian yang dimiliki oleh birokrasi,
pegawai dapat diganti tetapi seluruh pola administrasi yang konsisten dengan
pola birokratis itu tidak mudah diubah. Ketiga,
birokrasi yang sudah mapan cenderung bersifat mendua terhadap demokrasi. Pada
satu pihak prinsip-prinsip persamaan di depan hukum yang melandasi kegiatan
birokrasi (impersonal, sistem aturan yang homogen) mendukung pelaksanaan
demokrasi, pada pihak lain birokrasi cenderung tidak tanggap terhadap pendapat
umum.
Baik fungsi
negatif maupun fungsi positif dari birokrasi dapat dipahami sebagai akibat dari
prinsip-prinsip pengorganisasian yang dimaksudkan untuk mencapai koordinasi dan
pengendalian. Pada dasarnya birokrasi merupakan aparat yang melaksanakan
keputusan yang dibuat dan dijabarkan oleh pemerintah. Untuk itu birokrasi
berkewajiban memberikan informasi dan sumber daya manusia (keahlian) kepada pemerintah
selaku pembuat peraturan, sedangkan kepada masyarakat birokrasi tidak hanya
memberikan pelayanan, tetapi juga menegakkan peraturan sesuai dengan kewenangan
yang ada padanya.
Sehubungan
dengan tugas-tugas birokrasi ini dapat ditambahkan bahwa kenyataan menunjukkan
birokrasi tidak hanya melaksanakan kebijakan umum, tetapi juga birokrasi yang
pertama-tama mengusulkan kebijakan tersebut. berbeda dengan Weber yang
memandang birokrasi sebagai netral dalam politik, dewasa ini kenyataan
menunjukkan bahwa birokrasi memiliki pengaruh politik dan tindakannya ikut
menentukan gerak-gerik pemerintahan.
Selain itu,
birokrasi bahkan berkembang menjadi penguasa ketika peraturan diterapkan kepada
masyarakat. Kedua hal yang disebutkan terakhir ini merupakan gejala atau
karakteristik sistem politik yang disebut
birokratik polity atau birokratis-otoriter
MANAJEMEN
KONFLIK
Penyebab Konflik
Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh
faktor-faktor sebagai berikut:
A. Faktor Manusia
1. Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya
kepemimpinannya.
2. Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan
secara kaku.
3. Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual,
antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
B. Faktor Organisasi
1. Persaingan dalam menggunakan sumberdaya.
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau
sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam
penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen
dalam suatu organisasi.
2. Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi.
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai
spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah
pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan
harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara
unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan
perusahaan.
3. Interdependensi tugas.
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan
antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat
bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
4. Perbedaan nilai dan persepsi.
Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang
negatif, karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. Para manajer yang
relatif muda memiliki presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup
berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior men¬dapat tugas yang
ringan dan sederhana.
5. Kekaburan yurisdiksional. Konflik terjadi karena
batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang
tindih.
6. Masalah “status”. Konflik dapat terjadi karena
suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan
unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya
dalam status hirarki organisasi.
7. Hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi, baik
dalam perencanaan, pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan
konflik antar unit/ departemen. Akibat-akibat Konflik
Konflik dapat berakibat negatif maupun positif
tergantung pada cara mengelola konflik tersebut.
Akibat negatif
• Menghambat komunikasi.
• Mengganggu kohesi (keeratan hubungan).
• Mengganggu kerjasama atau “team work”.
• Mengganggu proses produksi, bahkan dapat
menurunkan produksi.
• Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan.
• Individu atau personil menga-lami tekanan
(stress), mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri,
frustrasi, dan apatisme.
Akibat Positif dari konflik:
• Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis.
• Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan.
• Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi
perubahan dan per-baikan dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan
tujuan organisasi.
• Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat
inovatif.
• Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap
perbedaan pendapat.
Cara atau Taktik Mengatasi Konflik
Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah
suatu yang sederhana. Cepat-tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung
pada kesediaan dan keterbukaan pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan
konflik, berat ringannya bobot atau tingkat konflik tersebut serta kemampuan
campur tangan (intervensi) pihak ketiga yang turut berusaha mengatasi konflik
yang muncul.
Diatasi oleh pihak-pihak yang bersengketa:
Rujuk: Merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat
untuk kerja-sama dan menjalani hubungan yang lebih baik, demi kepentingan
bersama.
Persuasi: Usaha mengubah po-sisi pihak lain, dengan
menunjukkan kerugian yang mungkin timbul, dengan bukti faktual serta dengan
menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten dengan norma dan
standar keadilan yang berlaku.
Tawar-menawar: Suatu penyelesaian yang dapat
diterima kedua pihak, dengan saling mempertukarkan konsesi yang dapat diterima.
Dalam cara ini dapat digunakan komunikasi tidak langsung, tanpa mengemukakan
janji secara eksplisit.
Pemecahan masalah terpadu: Usaha menyelesaikan
masalah dengan memadukan kebutuhan kedua pihak. Proses pertukaran informasi,
fakta, perasaan, dan kebutuhan berlangsung secara terbuka dan jujur.
Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan alternatif pemecahan secara
bersama de¬ngan keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.
Penarikan diri: Suatu penyelesaian masalah, yaitu
salah satu atau kedua pihak menarik diri dari hubungan. Cara ini efektif
apabila dalam tugas kedua pihak tidak perlu berinteraksi dan tidak efektif
apabila tugas saling bergantung satu sama lain.
Pemaksaan dan penekanan: Cara ini memaksa dan
menekan pihak lain agar menyerah; akan lebih efektif bila salah satu pihak
mempunyai wewenang formal atas pihak lain. Apabila tidak terdapat perbedaan
wewenang, dapat dipergunakan ancaman atau bentuk-bentuk intimidasi lainnya.
Cara ini sering kurang efektif karena salah satu pihak hams mengalah dan
menyerah secara terpaksa.
Intervensi (campur tangan) pihak ketiga:
Apabila fihak yang bersengketa tidak bersedia
berunding atau usaha kedua pihak menemui jalan buntu, maka pihak ketiga dapat
dilibatkan dalam penyelesaian konflik.
Arbitrase (arbitration): Pihak ketiga mendengarkan
keluhan kedua pihak dan berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan
mengikat. Cara ini mungkin tidak menguntungkan kedua pihak secara sama, tetapi
dianggap lebih baik daripada terjadi muncul perilaku saling agresi atau
tindakan destruktif.
Penengahan (mediation): Menggunakan mediator yang
diundang untuk menengahi sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta,
menjalin komunikasi yang terputus, menjernihkan dan memperjelas masalah serta
mela-pangkan jalan untuk pemecahan masalah secara terpadu. Efektivitas
penengahan tergantung juga pada bakat dan ciri perilaku mediator.
Konsultasi: Tujuannya untuk memperbaiki hubungan
antar kedua pihak serta mengembangkan kemampuan mereka sendiri untuk menyelesaikan
konflik. Konsultan tidak mempunyai wewenang untuk memutuskan dan tidak berusaha
untuk menengahi. la menggunakan berbagai teknik untuk meningkatkan persepsi dan
kesadaran bahwa tingkah laku kedua pihak terganggu dan tidak berfungsi,
sehingga menghambat proses penyelesaian masalah yang menjadi pokok sengketa.
Hal-hal yang Perlu Diperhati-kan Dalam Mengatasi
Konflik:
1. Ciptakan sistem dan pelaksanaan komunikasi yang
efektif.
2. Cegahlah konflik yang destruktif sebelum terjadi.
3. Tetapkan peraturan dan prosedur yang baku
terutama yang menyangkut hak karyawan.
4. Atasan mempunyai peranan penting dalam
menyelesaikan konflik yang muncul.
5. Ciptakanlah iklim dan suasana kerja yang
harmonis.
6. Bentuklah team work dan kerja-sama yang baik
antar kelompok/ unit kerja.
7. Semua pihak hendaknya sadar bahwa semua
unit/eselon merupakan mata rantai organisasi yang saling mendukung, jangan ada
yang merasa paling hebat.
8. Bina dan kembangkan rasa solidaritas, toleransi,
dan saling pengertian antar unit/departemen/ eselon
Sumber:
http://id.shvoong.com/social-sciences/1961325-manajemen-konflik/#ixzz1RrQrl1qF
MANAJEMEN
PERENCANAAN
A. Pengantar
Perencanaan diperlukan dan terjadi dalam berbagai
bentuk organisasi, sebab perencanaan ini merupakan proses dasar manajemen di
dalam mengambil suatu keputusan dan tinsdakan. Perencanaan diperlukan dalam
setiap jenis kegiatan baik itu kegiatan organisasi, perusahaan maupun kegiatan
dimasyarakat, dan perencanaan ada dalam setiap fungsi-fungsi manajemen, karena
fungsi-fungsi tersebut hanya dapat melaksanakan keputusan-keputusan yang telah
ditetapkan dalam perencanaan.
B. Batasan Perencanaan
Menurut Newman perencanaan (planning) is deciding in
advance what is to be done. Sedangkan menurut A.Allen planning is the
determination of a course of action to achieve a desired result. Pada dasarnya
yang dimaksud dengan perencanaan yaitu memberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan apa ( what ) siapa ( Who ) kapan (When) dimana ( When )
mengapa ( why ) dan bagaimana ( How ) jadi perencanaan yaitu fungsi seorang
manajer yang berhubungan dengan pemilihan dari sekumpulan kegiatan-kegiatan dan
pemutusan tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan serta program-program yang
dilakukan.
C. Unsur-unsur Perencanaan
Perencanaan yang baik harus dapat menjawab enam
pertanyaan yang disebut sebagai unsur-unsur perencanaan yaitu :
1. Tindakan apa yang harus dikerjakan
2. Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan
3. Dimana tindakan tersebut dilakukan
4. Kapan tindakan tersebut dilakukan
5. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut
6. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut.
D. Sifat Rencana Yang Baik
Rencana yang baik harus memuat sifat-sifat sebagai
berikut :
1. Pemakaian kata-kata yang sederhana dan jelas
dalam arti mudah dipahami oleh yang menerima sehingga penafsiran yang
berbeda-beda dapat ditiadakan.
2. Fleksibel, suatu rencana harus dapat menyesuaikan
dengan keadaan yang sebenarnya bila ada perubahan keadaan maka tidak semua
rencana dirubah dan dimungkinkan diadakan penyesuaian-penyesuaian saja.
Sifatnya tidak kaku harus begini dan begitu walaupun keadaan lain dari yang
direncanakan.
3. Stabilitas, tidak perlu setiap kali rencana
mengalami perubahan jadi harus dijaga stabilitasnya setiap rencana harus ada
dalam perimbangan.
4. Ada dalam perimbangan berarti bahwa pemberian
waktu dan factor-faktor produksi kepada siapa tujuan organisasi seimbang dengan
kebutuhan.
5. Meliputi seluruh tindakan yang dibutuhkan, jadi
meliputi fungsi-fungsi yang ada dalam organisasi.
E. Proses Pembuatan Rencana
1. Menetapkan tugas dan tujuan
Antara tugas dan tujuan tidak dapat dipisahkan,
suatu rencana tidak dapat difrmulir tanpa ditetapkan terlebih dahulu apa yang
menjadi tugas dan tujuannya. Tugas diartikan sebagai apa yang harus dilakukan,
sedang tujuan yaitu suatu atau nilai yang akan diperoleh.
2. Observasi dan analisa
Menentukan factor-faktor apa yang dapat mempermudah
dalam pencapaian tujuan (Observasi) bila sudah diketahui dan terkumpul, maka
dilakukan analisa terhadapnya untuk ditentukan mana yang digunakan.
3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan
Faktor yang tersedia memberikan perencanaan membuat
beberapa kemungkinan dalam pencapaian tujuan. Dimana kemungkinan yang telah
diperoleh dapat diurut atas dasar tertentu, misalnya lamanya penyelesian,
besarbya biaya yang dibutuhkan efisiensi dan efektivitas dan lain sebagainya.
4. Membuat sintesa
Sintesa yaitu alternatif yang akan dipilih dari
kemungkinan-kemungkinan yang ada dengan cara mengawinkan sitesa dari
kemungkinan-kemungkinan tersebut. Kemungkinan-kemungkinan yang ada mempunyai
kelemahan-kelemahan.
F. Siapa Pembuat Rencana ?
1. Panitia Perencanaan
Panitia ini terdiri dari beberapa unsure yang
mewakili beberapa pihak, yang masing-masing membawakan misinya untuk
menghasilkan suatu rencana, dengan harapan rencana yang dibuat akan lebih baik.
2. Bagian Perencanaan
Seringkali tugas perencanaan, merupakan tugas rutin
dalam suatu organisasi atau perusahaan. Ini merupakan satu unit dalam suatu
organisasi yang bertugas khusus membuat rencana. Jadi disini tidak ada unsur
perwakilan yang mewakili suatu bagian dalam organisasi.
3. Tenaga Staf
Pada sebuah organisasi atau perusahaan ada dua
kelompok fungsional yaitu :
- Pelaksana, tidak disamakan dengan pimpinan yaitu
kelompok yang langsung menangani pekerjaan
- Staf (pemikir) yaitu kelompok yang tidak secara
langsung menghasilkan barang atau produk perusahaan, tugasnya menganalisa
fakta-fakta untuk kemudian merencanakan sesuatu guna.
G. Bentuk-bentuk Perencanaan
1. Recana Global (Global Plan)
Analisa penyusunan recana global terdiri atas:
- Strenght yaitu kekuatan yang dimiliki oleh
organisasi yang bersangkutan
- Weaknesses, memperhatikan kelemahan yang dimiliki
organisasi yang bersangkutan.
- Opportunity yaitu kesempatan terbuka yang dimiliki
oleh organisasi
- Treath yaitu tekanan dan hambatan yang dihadapi
organisasi
2. Rencana Stategik (Strategic Plan)
Bagian dari rencana global yang lebih terperinci.
Dimana dengan menyusun kerangka kerja yang akan dilakukan untuk mencapai
rencana global, dimensi waktunya adalang jangka panjang. Dalam pencapaiannya
dilakukan dengan system prioritas. Mana yang akan dicapai terlebih dahulu.
Merupakan proses prencanaan jangka panjang yang
tersusun dan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Tiga alas an penggunaan perencanaan strategic ini yaitu :
1. Memberikan kerangka dasar bagi perencanaan
lainnya yang akan dilakukan
2. Mempermudah pemahaman bentuk-bentuk perencanaan
lainnya.
3. Titik permulaan pemahaman dan penilaian kegiatan
manajer dan organisasi.
3. Rencana Operasional ( Operational Plan )
Rencana ini meliputi perencanaan terhadap
kegiatan-kegiatan operasional dan bersifat jangka pendek.
- Rencana sekali pakai ( single use plan ) yaitu
kegiatan yang tidak digunakan lagi setelah tercapainya tujuan dan ini sifatnya
lebih terperinci hanya sekali pakai, misalnya rencana pembelian dan pemasangan
mesin komputer dalam suatu perusahaan.
- Rencana Tetap ( Standing Plan ) yaitu berupa
pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan-penanganan situasi yang dapat
diperkirakan terlebih dahulu dan akan terjadi berulang-ulang.
H. Tujuan Organisasi ( Organization Goal )
Dua unsur dari pada tujuan yaitu :
1. Hasil akhir yang ingin dicapai
2. Kegiatan yang dilakukan saat ini untuk mencapai
tujuan tersebut
Dalam buku Manullang Davis membagi tujuan menjadi
tiga jenis yaitu :
1. Tujuan primer berupa nilai ekonomis yang
diberikan baik langsung ataupun tidak langsung kepada masyarakat dalam
pembuatan barang dan jasa.
2. Tujuan kolateralnilai umum dalam pengertian luas
demi kebaikan masyarakat
3. Tujuan Skunder, berkenaan dengan nilai ekonomis
dan efektifitas dalam pencapaian tujuan diatas.
I. Bentuk-bentuk Tujuan
Parrow membagi tujuan menjadi lima bentuk :
1. Sociental Goals, dibagi menjadi bagian-bagian
karena organisasi sifatnya luas untuk memenuhi kebutuhan dari masyarakat.
2. Output Goals, menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan oleh konsumen dalam bentuk konsumsi.
3. System Goals, pelaksanaan semua fungsi organisasi
dilakukan dengan system yang biasa digunakan dalam organisasi tersebut.
4. Product Goals, berdasarkan pada produk yang
dihasilkan oleh organisasi atau perusahaan.
5. Derived Goals, dihubungkan dan didasarkan pada
tujuan-tujuan lainnya yang ada dalam organisasi,
J. Fungsi Tujuan
1. Sebagai dasar dan patokan bagi kegiatan-kegiatan
yang ada dalam organisasi baik pengarahan, penyaluran usaha-usaha maupun
kegiatan dari para anggota organisasi tersebut tanpa kecuali.
2. Sumber legitimasi dengan meningkatkan kemampuan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan guna mendapatkan sumber daya yang diperlukan
dalam proses produksi dan mendapatkan dukungan dari lingkungan yang berada di
sekitarnya.
3. Sebagai standar pelaksanaan dengan melaksanakan
diri pada tujuan yang akan dicapai yang dibuat secara jelas dan dapat dipahami
oleh anggota lainnya.
4. Sumber motivasi untuk mendorong anggota lainnya
dalam melaksanakan tugasnya, misal dengan memberikan insentif bagi anggota yang
melaksanakan tugasnya dengan baik, menghasilkan produk di atas standar dan lain
sebagainya yang akhirnya dapat mendorong anggota lainnya.
5. Sebagai unsur rasional perusahaan, karena tujuan
ini merupakan dasar perancangan dari organisasi.
Peter Drucker menetapkan delapan unsur yang harus
ada dalam suatu organisasi di dalam menetapkan tujuan, yaitu :
1. Posisi pasar, berapa market share yang dapat
dikuasai oleh perusahaan, hal ini dengan melihat berapa besar langganan dan
produk yang dapat dikuasai, segmen pasar dan saluran distribusi yang digunakan.
2. Produktivitas, yaitu dengan menghitung antar
input yang digunakan dengan output yang dicapai, yang merupakan efisiensi
perusahaan.
3. Sumberdaya pisik dan keuangan, dengan
memperhatikan teknologi yang digunakan dan sumberdaya yang diperlukan
dihubungkan dengan besarnya posisi keuangan yang dimiliki.
4. Profitabilitas, pencapaian tujuan yang dihitung
dengan berapa rupiah yang diterima dengan melakukan riset and develop-ment,
tersedianya kapital untuk renovasi teknologi dan kompensasi yang diterima.
5. Inovasi, yaitu pembaharuan-pembaharuan yang
dilaksanakan dengan mengeluarkan produk baru, teknologi yang lebih canggih
misalnya, yang didasarkan pada kebutuhan yang terus bertambah.
6. Prestasi dan pengembangan manajer, dengan
memperhatikan pada kualitas manajemen untuk pengembangan para manajer.
7. Prestasi dan sikap karyawan, dengan menetapkan
tujuan-tujuan yang menyangkut faktor-faktor karyawan dalam pencapaian
efektifitas kerja.
8. Tanggung jawab solusi dan publik, guna menangani
gejolak yang terjadi di perusahaan yang dilakukan oleh para karyawan berupa
pemogokan ataupun unjuk rasa, hukum, pemerintah dan kelompok masyarakat
lainnya.
K. Management Bay Objective ( MBO )
Pertama kali diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam
bukunya The Practice of Management pada tahun 1954. Management by objective
dapat juga disebut sebagai manajemen berdasarkan sasaran, manajemen berdasarkan
hasil (Management by Result), Goals management, Work planning and review dan
lain sebagainya yang pada intinya sama.
Management by objective menekankan pada pentingnya
peranan tujuan dalam perencanaan yang efektif, dengan menetapkan prosedur
pencapaian baik yang formal maupun informal, pertama dengan menetapkan tujuan
yang akan dicapai dilanjutkan dengan kegiatan yang akan dilaksanakan sampai
selesai baru diadakan peninjauan kembali atas pekerjaan yang telah dilakukan.
Kegiatan MBO singkatan dari management by objective yaitu proses partisipasi
yang melibatkan bawahan dan para manajer dalam setiap tingkatan organisasi yang
dirumuskan dengan bentuk misi atau sasaran, yang dapat diukur dimana penggunaan
ukuran ini sebagai pedoman bagi pengoperasian satuan kerja.
L. Sistem Management By Objective Yang Efektif
1. Adanya komitmen para manajer tujuan pribadi dan
organisasi, sehingga dia harus berjumpa dengan bawahannya untuk memberikan
penetapan tujuan dan menilainya.
2. Penetapan tujuan manajemen puncak yang dinyatakan
dalam nilai tertentu yang dapat diukur, sehingga antara manajer dan bawahan
mempunyai gagasan yang jelas tentang apa yang diharapkan oleh manajemen puncak,
sehingga dapat diketahui antara individu dengan tujuan organisasi secara
keseluruhan.
3. Tujuan perseorangan, dimana antara manajer dan
bawahan harus merumuskan tujuan bersama dan tanggung jawab terhadap bagiannya
secara jelas guna memahami tentang apa yang akan dicapai.
4. Perlunya partisipasi semua pihak, dimana semakin
besar partisipasi dari semua anggota, maka semakin besar tujuan yang akan
tercapai.
5. Otonomi dan implementasi rencana, disini bawahan
dan manajer bebas untuk mengembangkan dan mengimplementasikan program-program
pencapaian tujuannya.
6. Peninjauan kembali prestasi yang dilakukan secara
periodik terhadap kemajuan tujuan.
M. Kebaikan dan Kelemahan MBO
Kebaikan : Kelemahan :
1. Mengetahui apa yang diharap-harapkan dari
organisasi.
2. Membantu manajer membuat tujuan dan sasaran.
3. Memperbaiki komunikasi vertikal antara manajer
dengan bawahan
4. Membuat proses evaluasi. 1. Kelemahan yang
melekat pada proses MBO, dalam konsumsi waktu dan biaya yang besar.
2. Dalam hal pengembangan dan implementasi
program-program MBO.
N. Unsur-unsur Efektivitas MBO
1. Agar MBO sukses maka manajer harus memahami dan
mempunyai trampilan secara mengetahui kemanfaatan dan kegunaan dari MBO.
2. Tujuan merupakan hal yang realistis dan mudah
dipahami oleh siapapun juga, sehingga tujuan ini sering digunakan untuk
mengevaluasi prestasi kerja dari manajer, apakah dia berhasil dalam tugasnya
atau gagal.
3. Top manajer harus menjaga sistem MBO ini tetap
hidup dan berfungsi sebagaimana mestinya.
4. Tanpa partisipasi semua pihak tidaklah mungkin
program MBO ini berjalan, maka semua pihak harus mengetahui posisinya dalam
hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai, umpan balik terhadapnya sangat
berguna.
O. Bentuk-bentuk Pembuatan Keputusan ( Decision
Making )
Pembuatan keputusan yaitu proses serangkaian
kegiatan yang akan dilakukan dalam penyelesaian suatu masalah. Pembuatan
keputusan ini dilakukan oleh setiap jabatan dalam organisasi. Manajer akan
membantu keputusan yang berbeda dalam situasi dan kondisi yang berbeda pula.
Bentuk keputusan ini bisa berupa keputusan yang
diprogram (Programmed decisions) atau tidak, bisa juga dibedakan antara
keputusan yang dibuat di bawah kondisi kepastian, resiko dan ketidak pastian.
Keputusan terprogram yaitu keputusan yang dibuat
menurut kebiasaan, aturan atau prosedur yang terjadi secara rutin dan
berulang-ulang. Contoh : penetapan gaji pegawai, prosedur penerimaan pegawai
baru, prosedur kenaikan jenjang kepegawaian dan sebagainya.
Keputusan tidak terprogram (non-programmed
decisions), yaitu keputusan yang dibuat karena terjadinya masalah-masalah
khusus atau tidak biasanya. Contoh : pengalokasian sumber daya-sumber daya
organisasi, penjualan yang merosot tajam, pemakaian teknologi yang termodern,
dan lain sebagainya.
Keputusan dengan kepastian, resiko dan
ketidak-pastian, ini tergantung dari beberapa aspek yang tidak dapat
diperkirakan dan dipastikan sebelumnya, seperti reaksi pesaing, perubahan
perekonomian, perubahan teknologi, perilaku konsumen dan lain sebagainya. Oleh
karena itu ini terbagi dalam tiga jenis situasi, yaitu :
Kepastian (certainty), yaitu dengan diketahuinya
keaaan yang akan terjadi diwaktu mendatang, karena tersedianya informasi yang
akurat dan responsibility.
Resiko (risk), yaitu dengan diketahuinya kesempatan
atau probabilitas setiap kemungkinan yang akan terjadi serta hasilnya, tetapi
informasi yang lengkap tidak dimiliki oleh organisasi atau perusahaan.
Ketidak pastian (uncertainty), dimana manajer tidak
mengetahui probabilitas yang dimiliki serta tidak diketahuinya situasi yang
akan terjadi diwaktu mendatang, karena tidak mempunyai informasi yang
dibutuhkan. Umumnya ini menyangkut keputusan yang kritis dan paling menarik.
P. Proses Pembuatan Keputusan
1. Pemahaman dan Perumusan Masalah
Manajer harus dapat menemukan masalah apa yang
sebenarnya, dan menentukan bagian-bagian mana yang harus dipecahkan dan bagian
mana yang seharusnya dipecahkan.
2. Pengumpuland an Analisa Data yang Relevan
Setelah masalahnya ditemukan, lalu ditentukan dan
dibuatkan rumusannya untuk membuat keputusan yang tepat.
3. Pengembangan Alternatif
Pengembangan alternatif memungkinkan menolak
kecenderungan membuat keputusan yang cepat agar tercapai keputusan yang
efektif.
4. Pengevaluasian terhadap alternatif yang digunakan
Menilai efektivitas dari alternatif yang dipakai,
yang diukur dengan menghubungkan tujuan dan sumber daya organisasi dengan
alternatif yang realistic serta menilai seberapa baik alternatif yang diambil
dapat membantu pemecahan masalah.
5. Pemilihan Alternatif Terbaik
Didasarkan pada informasi yang diberikan kepada
manajer dan ketidak sempurnaan kebijaksanaan yang diambil oleh manajer.
6. Implementasi Keputusan
Manajer harus menetapkan anggaran, mengadakan dan
mengalokasikan sumber daya yang diperlukan, serta memperhatikan resiko dan
ketidak puasan terhadap keputusan yang diambil. Sehingga perlu dibuat prosedur
laporan kemajuan periodic dan mempersiapkan tindakan korektif bila timbul
masalah baru dalam keputusan yang dibuat serta mempersiapkan peringatan dini
atas segala kemungkinan yang terjadi.
7. Evaluasi atas Hasil Keputusan
Implementasi yang telah diambil harus selalu
dimonitor terus-menerus, apakah berjalan lancar dan memberikan hasil yang
diharapkan.
Q. Keterlibatan Bawahan Dalam Pembuatan Keputusan
Keterlibatan bawahan dalam pembuatan keputusan dapat
bersifat resmi missal dengan pembuatan kelompok, bisa juga bersifat tidak resmi
missal dengan meminta gagasan dan saran-saran. Pembuatan keputusan yang
didasarkan pada sifat formal lebih efektif karena banyak masukan-masukan
pengetahuan yang lainnya. karakteristik situasi keputusan dan gaya pembuatan
keputusan manajemen akan mempengaruhi dan menentukan apakah pembuatan keputusan
dilakukan secara kelompok atau tidak.
R. Metode Kuantitatif Dalam Pembuatan Keputusan
Operasi organisasi semakin komplek dan mahal,
sehingga semakin sulit dan penting manajer dalam membuat rencana dan keputusan.
Untuk itu diperlukan bantuan berbagai teknik dan peralatan kuantitatif. Teknik
dan peralatan kuantitatif pembuatan keputusan dikenal dengan nama teknik
management science dan operations research. Riset operasi menggambarkan,
memahami, dan memperkirakan perilaku berbagai sistem yang komplek dalam
kehidupan manusia. Tujuannya menyediakan informasi yang akurat.
MANAJEMEN
STRATEGIS
“Strategi” berasal dari bahasa Latin : stratos (pasukan)
dan agein (memimpin)
Strategi menjawab pertanyaan mengenai:
Apa yang ingin kita lakukan?
Organisasi seperti apa yang kita inginkan?
Kemana organisasi akan menuju?
Dimulai dari 3 Pertanyaan
Mendasar:
- Di mana kita sekarang?
- Kemana kita akan pergi?
- Posisi organisasi yang diinginkan
- Posisi keuangan yang ingin dicapai
- Bagaimana kita mencapainya
Perencanaan strategis: 1. Proses perencanaan jangka
panjang yg bersifat formal untuk menentukan dan mencapai tujuan
organisasi. (Stoner & Wankel, 1993)
2. Rencana 5 tahunan yang menggambarkan visi, misi, tujuan, strategi, program dan kegiatan daerah. (PP No. 108 tahun 2000
2. Rencana 5 tahunan yang menggambarkan visi, misi, tujuan, strategi, program dan kegiatan daerah. (PP No. 108 tahun 2000
Perencanaan strategis dimulai ketika:
- Pada saat memulai Organisasi/Perusahaan
- Pada saat menyiapkan langkah penting:
- Pembentukan departemen baru atau divisi baru,
- Pembentukan program atau kebijakan baru
- Pada saat menghadapi perubahan lingkungan organisasi yang signifikan
Catatan
Diperlukan peninjauan kembali dan penyesuaian secara
regular: triwulan, semester, tahunan
Manfaat Renstra:
- Memberikan ARAH yang jelas mengenai EKSISTENSI organisasi.
- Mengidentifikasi KOMPETENSI INTI organisasi yang akan membantunya survive dalam lingkungan yang semakin beresiko.
- Menuntun organisasi memiliki PROGRAM yang SMART (Specific, Measurable, Attainable, Realistic & Timely basis).
- Memungkinkan penggunaan SUMBERDAYA organisasi secara lebih EFEKTIF.
- Membentuk KONSENSUS bersama & membangun RASA MEMILIKI.
- Sarana efektif untuk mengKOMUNIKASIkan tujuan dan sasaran-sasaran organisasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan (stakeholders).
- Alat untuk MENGUKUR PENCAPAIAN TUJUAN organisasi

KEPEMIMPINAN





MANAJEMEN
PERUBAHAN DALAM ORGANISASI
Tidak banyak individu atau organisasi
menyukai adanya perubahan, namun perubahan tak bisa dihindari, harus dihadapi. Maka
diperlukan satu pengelolaan perubahan agar proses & dampak dari perubahan
tersebut dapat di arahkan pada titik perubahan yang positif. Banyak masalah
yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan , masalah yang paling sering
& menonjol adalah “penolakan atas perubahan itu sendiri” (resistance to
change). Penolakan bisa jelas terlihat (eksplisit) & segera, misal :
mengajukan protes, ancaman mogok, demonstrasi. Penolakan yang tersirat
(implisit) & lambat laun, misal : loyalitas pd organisasi berkurang,
motivasi kerja turun, kesalahan kerja meningkat.
Beberapa alasan mengapa perubahan
ditolak adalah: Penolakan atas perubahan oleh individual, Penolakan perubahan
oleh kelompok atau organisasional (Stephen P. Robbins, Organizational Behavior,
Concepts, Controversies, and Application, 1991). Yang termasuk alasan penolakan
pribadi diantaranya adalah: KEBIASAAN, RASA
AMAN, FAKTOR EKONOMI, KETIDAKPASTIAN,PERSEPSI. Sedangkan yang berasal
secara organisasional adalah: INERSIA STRUKTURAL, DAMPAK LUAS PERUBAHAN,
INERSIA KELOMPOK KERJA, ANCAMAN TERHADAP KEAHLIAN, ANCAMAN KEKUASAAN, ANCAMAN
ALOKASI SUMBER DAYA.
Beberapa cara untuk mengatasi penolakan
diantaranya:
a.Pendidikan & komunikasi.
b. Partisipasi.
c. Fasilitas & dukungan.
d. Negosiasi.
e. Manipulasi & kooptasi.
f. Paksaan.
b. Partisipasi.
c. Fasilitas & dukungan.
d. Negosiasi.
e. Manipulasi & kooptasi.
f. Paksaan.
Pendekatan dalam manajemen perubahan organisasi :
1. UNFREEZING the status quo
2. MOVEMENT to the new state
3. REFREEZING the new change to make it permanent
(Kurt Lewin, Field Theory in Social Science, 1951)

0 komentar:
Posting Komentar